Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Uji Kejujuran, Warung Tak Berpenghuni di Jepang!

7 Januari 2015   16:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:38 2256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warung tak berpenghuni? Gak ada penjualnya kok gak ada yang curi ya?

Pernah saya ngobrol dengan sesama teman Indonesia yang bermukim di Jepang melihat banyak toko atau warung yang gak ada penjualnya.

Mungkin teman-teman sudah tahu kalau di Jepang penjualan barang sudah banyak yang menggunakan sistem self-service alias ngelayanin sendiri. Apalagi kalau alasannya utamanya karena sdm di sini memang terbilang sangat mahal, jadi biar harga bisa ditekan, ya mau gak mau kita harus mau repot demi mendapatkan harga yang murah. Contoh yang paling jelas adalah pom bensin. Banyak pom bensin disini yang kosong melompong cuma ngejogrok mesinnya saja, trus sapa yang ngelayanin, ya kita sendiri. Dan kalaupun ada mas yang jaganya, dont expect too much si mas bakal menghampiri, trus nuangin bensin ke mobil kita, yang ada kita malah ditawarin mau nggak kita ikutan member di pom bensin itu atau segala macem service perawatan mobil serta ketebelece lainnya, jadi kalo saya sih mendingan....leave me aloonee!! wkwkwk

Itu pom bensin, terus yang lainnya apakah ada yang kita harus ngelayanin sendiri? Yak ada! Vending Machine! Pertama kali ke Jepang saya takjub sama begitu buanyaknya vending machine betebaran, kalau disini disebut Jidouhanbaiki. Di sepanjang jalan trotoar, saya gak lihat itu yang namanya tong sampah (Jepang jarang tempat sampah!) tapi sebagai gantinya ya Jidouhanbaiki ini atau vending machine, yang ngejual berbagai macam minuman. Saya pikir hanya minuman thok saja loh, tapi ternyata ada yang jual makanan juga, jual koran, es krim, rokok (harus pakai kartu khusus mencegah anak kecil beli), bahkan sayuran. Mesin ini praktis banget, tinggal masukkan uang, maka keluarlah itu barang plus kembalian coin kalau memang uangnya ada kembaliannya (gak keluar permen lho wkwk). Sistem, yang saya yakin banyak disukai disini karena memang orang Jepang suka dengan segala yang bersifat praktis dan cepat.

Penjualan barang dengan menggunakan mesin otomatis ini (vending machine/jidouhanbaiki) mungkin gak aneh lagi, sistem yang aman terkendali, gak bisa curang atau dicuri, anda bayar barang keluar, kurang lebih gitu motonya. Tapi tunggu deh, ada loh jenis self-service disini yang cukup unik. Sistem ini menurut saya seperti uji nyali untuk berbuat jujur! Ya, ada warung tanpa penjualnya, kalau disini disebut Mujin Hanbai. Lho lho maksudnya?

Pertama kali saya ketemu warung jenis ini saat saya mengantar si sulung pergi ensoku (piknik sekolah), dipintu gerbang taman yang kami akan masuki ada warung besar yang isinya sayur-sayuran segar dengan potongan kertas yang bertuliskan harga perbuah ditaruh diatas sayuran itu. Dan tak ketinggalan satu buah kotak kayu kecil seperti kotak amal yang tengahnya ada lobang koin kayak celengan. Saya naksir banget sama daikon (lobak) nya yang segede gede bagong, murah lagi cuma 100 yen perbiji!! Akhirnya pulang acara saya mampir ke warung itu, sambil clingak clingung ngarep ada pak ibu yang bakal ngelayanin tapi kok yao sepi senyap, sampe teman jepang saya negur kok malah bengong kayak sapi ompong wkwkwk terus takjub ngelihat temen-temen saya pada sigap masukin bayem seiket, lobak yang geda banget, wortel kedalem plastik yang dia comot sendiri di sebelah kotak amal itu, terus mulut komat kamit seperti ngitung harganya, dan kemudian nyemplungin ke dalem kotak amal! Haa...

Saya jadi ikut-ikutan ngambil lobak sebiji terus nyomot kantong plastik dan nyemplungin 100 yen kedalam kotak itu sambil mikiiirrr, oalaah unik juga ini warung tak berpenghuni, cuma geletakin barangnya, kasih kantong plastik dan kotak uang saja. Dan biarkan customernya nyomot nyomot dagangan dan bayarnya masukin sendiri ke kotak. Ihhh apa nggak takut dicuri ya??

Ternyata gak hanya warung sayur saja lo, pernah saya jalan-jalan ke suatu tempat wisata, itu ada sejenis buklet yang dijual yang menerangkan tentang hal-hal yang berhubungan dengan wisata itu, tempatnya kaya kandang burung, pas saya buka ada banyak bundelan kertas berisi informasi seharga 100 yen perbundel, dan tentu saja diatasnya sudah ada kotak berlubang untuk memasukkan koin itu. Saya gak pernah tanya sama penjualnya yang entah dimana rimbanya, itu bener sesuai gak jumlah uangnya dengan bundel yang habis terjual wkwkwk tapi saya kok yakin kalau disini orang akan takut berbuat curang atau bahkan mencurinya.

142059769331458698
142059769331458698
Kata suami saya kalau orang diberi kepercayaan justru ia akan sulit untuk betray, ahh saya langsung menyanggahnya, nggak juga kok lah itu buktinya itu pejabat di Indonesia diberi kepercayaan ngemban tugas kok yao pada `miring` semua tuh, kurupsi karena mungpung jadi pejabat, numpuk kekayaan tujuh turunan dulu sebelum dilengserkan, tapi tenang ajaa ituu gak banyaakk kokk :P dan banyak juga tuh mereka yang beragama taat yang harusnya lebih takut sama Tuhannya tapi malah kelakuannya lebih sadis dari orang yang gak berTuhan.

Terus kenapa sih orang-orang disini gak pada nyuri atau ngambil kesempatan berbuat curang, mereka tak beragama harusnya tak perlu takut pada Tuhan dong ya. Entah kenapa dalam kepala saya ada satu alasan yang kuat kenapa bisa begitu adalah mereka justru ngeri ngeri sedap alias takut ketahuan dengan sekelilingnya karena sudah berbuat tidak baik. Ya, di Jepang sangsi sosial memang lebih manjur bisa menghukum orang-orang yang nyeleneh keluar dari norma yang ada dalam masyarakat, dan itu diyakini akan berakibat sangat buruk dalam kehidupannya. Reputasi dan image yang tidak bagus membuat masyarakat jepang seperti ketiban aib dan malapetaka besar. Coba lihat saja disini kenapa tempat sampah sangat jarang tapi kok bisa sangat teramat bersih, tentu saja balik lagi kepada moral dan etika. Dan berbicara dua hal ini pemerintah dan masyarakat Jepang sudah tidak perlu bersusah payah menggembor gemborkannya lagi.

Entah sekarang di Indonesia sudah ada atau belum supermarket yang pembayarannya dilakukan sendiri tanpa dilayani oleh petugas kasir? Kalaupun belum, ya tidak apa-apa toh negara kita masih surganya sdm yang melimpah ruah dan bisa terbilang murah kalau dibandingkan dengan disini. Tapi saya yakin lambat laun keadaan Indonesiapun akan seperti keadaan disini, dimana harga manusia sudah mulai akan diperhitungkan, akan lebih banyak mesin yang bekerja daripada petugas yang melayani.

Kemarin saya belanja harian di supermarket Aeon, mall besar di Jepang. Biasa deh kalau tanggal muda, antrian bisa nguler, walau sudah berjejer kasir yang bekerja tetap saja antrian bukannya berkurang tapi bertambah banyak. Selain para petugas kasir yang cekatan melayani, ada juga beberapa kasir yang bisa melayani 3 orang customer sekaligus, sangat efektif dan efisien!

Ya kasir super cepat itu berisi 3 mesin! Jadi kalo kita antri pada kasir tak berpetugas itu, enaknya tiga orang customer bisa langsung maju untuk mulai menghitung barangnya pada setiap mesinnya. Caranyapun sangat mudah, pertama ada pilihan menu apakah kita mau beli kantong belanjaan (mulai bnyk supermarket yang tidak meng-gratis-kan kantong plastik, dengan alasan ramah lingkungan), kalau kita jawab oke, maka ada petugas yang tiba-tiba nongol kasih plastik, lalu kita sematkan dibesi pegangan memudahkan untuk kita memasukkan barang nantinya. Kita dekatkan barcode barang belanjaan pada sensornya, sudah selesai semuanya tertera total belanjaan, klik sistem pembayaran, apakah cash atau kartu kredit. Sudah selesai bayar baru bisa kita boyong belanjaan bawa pulang. Dasar ndesonya saya, saking bingungnya apa cara ini aman dan bisa menghindari kecurangan? Karena bagi orang yang doyan ngutil pasti surga banget supermarket dengan sistem begini. Iseng-iseng saya test dengan ngangkat belanjaan yang lagi dibayar suami, dan langsung suami mlototin saya sampe matanya mau keluar! wkwkwkwk kenapa? Karena bunyi!! Ternyata ada alarmnya loh hahahaha oalahhh untung buru-buru saya taruh lagi sambil clingak clinguk takut security pada dateng. Hadehh gak elok banget ntr ada kasus wni ketangkep kleptoo masuk koran lagih hahaha amit amiittt jabang bebii dehh hahaha..

Melihat ini semua kok saya jadi bikin kesimpulan sendiri kenapa sistem self-service ini begitu menjamur di sini, vending machine, pom bensin, warung tak berpenghuni, dsb karena ya selain berbicara urusan sdm tentu saja gak akan bisa terlepas juga dari baik buruknya moral dan etika masyarakatnya. Masyarakat yang bermental suka merusak barang, ya menjebol, menggondol, mencuri dan mencorat-corat kayaknya gak akan pernah bisa hidup tenang kalau disekelilingnya banyak tersebar barang-barang yang harus kita beli dengan mengedepankan kejujuran, moral dan etika. Sebenernya ini jadi tantangan buat kita sendiri, mampukan kita berbuat baik saat sekitar kita tak ada yang mengawasi dan melihat. Insya Allah.

Salam Hangat, wk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun