Mohon tunggu...
Aldi RamadhanPutra
Aldi RamadhanPutra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Muda berjuang, tua mengenang

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pudarnya Semangat Berorganisasi

29 Mei 2024   13:53 Diperbarui: 29 Mei 2024   14:09 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika berbicara mengenai dunia kampus, tak lengkap rasanya jika tak membahas organisasi. Dari awal mula berdiri nya kampus di tanah air ini sudah banyak organisasi terbentuk. Baik tingkat program studi, fakultas, universitas hingga eksternal kampus. Latar belakang terbentuknya pun dengan berbagai alasan yang tentunya sesuai dengan keresahan dan tujuan yang ingin dicapai masing-masing anggotanya. Banyak sekali lahir tokoh-tokoh besar yang ditempa dari hasil kaderisasi organisasi, hingga bisa dikatakan organisasi sebagai salah satu wadah pencetak generasi penerus bangsa. Akan tetapi, apakah masih sama semangat generasi sebelumnya dengan generasi sekarang dalam berorganisasi? Tentu sama, tapi dengan nuansa semangat yang berbeda dan dengan alasan berbeda pula. Semangat memajukan organisasi ataukah semangat demi kepentingan pribadi? Organisasi kini banyak terbuai dengan urusan perpolitikan bahkan masih ada yang terbuai dengan kejayaan masa lalu. Hingga melupakan tujuan yang ingin dicapai dan unsur kebermanfaatan ditinggalkan. 

Problematika organisasi kini yang tak kalah penting  untuk dibahas yaitu semakin memudarnya semangat dalam berorganisasi. Dengan berbagai perkembangan zaman, tentu permasalahan yang hadir berbeda pula tiap masa nya. Dibutuhkan solusi yang efektif dan efisien untuk menjawab itu. Yang menjadi permasalahan utama adalah para penggerak organisasi kini sulit mengikuti perkembangan zaman sehingga permasalahan zaman yang ada sulit untuk diselesaikan. Cara yang digunakan dalam praktik berorganisasi juga terkesan kuno dan terkesan sulit bagi anggota nya untuk memperbarui hal itu. Berdampak pada surut nya minat mahasiswa dalam berorganisasi bahkan semangat para penggerak organisasi hilang.

Serangan terhadap organisasi juga datang dari wabah covid-19. Segala sendi kehidupan dibuat lumpuh total. Jangankan untuk berorganisasi, untuk hidup layaknya manusia biasa saja sungguh ironi. Semua aktivitas terbatas dan bagi organisasi yang dalam praktiknya selalu berkumpul, dibuat kebingungan akan hal ini. Wabah covid-19 yang panjang ini menciptakan kebiasaan baru bagi manusia, tentu kebiasaan negatif yang kita bahas.  Semua aktivitas dilakukan selalu dirumah, hingga berdampak pada sikap malas dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Bagi penulis titik awal hilangnya sebagian besar semangat dalam berorganisasi terletak pada fase ini. Semua aktivitas dikerjakan serba online hingga aktivitas organisasi turut serta dilakukan secara online. Setelah wabah covid-19 mereda tentu peralihan dari metode online menuju offline dilakukan kembali karena bersosialisasi dan berinteraksi jelas lebih nyaman dikerjakan secara tatap muka langsung. Akan tetapi, hal ini ternyata mengubah gaya hidup sebagian besar mahasiswa. Banyak yang sudah nyaman dengan metode online sehingga terasa malas melakukan tatap muka langsung. Kebiasaan malas bersosialisasi dengan orang banyak amat terasa. Hingga organisasi kesulitan menemukan formula baru dalam praktik nya.

Tamparan keras oleh zaman bagi organisasi juga dirasakan dengan adanya produk dari MBKM (merdeka belajar-kampus merdeka) yang dicanangkan oleh pihak KEMENDIKBUDRISTEK dengan tujuan agar lulusan tersebut memiliki kemampuan di bidang IPTEK, memiliki soft skill dan hard skill yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Dapat dilihat bahwa melatih hard skill serta soft skill kini tak hanya didapatkan di dunia organisasi. Walaupun dalam praktiknya masih belum berjalan sesuai dengan semestinya, akan tetapi tujuan dari program ini sangat jelas bagi para mahasiswa untuk mengikutinya. Dengan banyak sekali keuntungan yang diperoleh, seperti konversi SKS, pendanaan, dan hal-hal lainnya. Sedangkan jika berproses di organisasi tentu keuntungan atau hasil dari berproses tidak lah instan atau cepat untuk didapatkan. Sangat bertolak belakang dengan sifat pragmatis yang banyak dimiliki oleh mahasiswa di era ini.

Jika melihat kebelakang,  para penggerak organisasi harusnya sadar dengan berbagai hantaman yang ada, mampu lebih kuat dan cerdas dalam menjalankan organisasi. Bukannya, malah terseret dalam pusaran problem yang ada. Jangankan menyelesaikan masalah dari luar, permasalahan internal kerap terjadi hingga berlarut larut menjadikan mahasiswa luas memberi cap negatif bagi organisasi. Organisasi yang harusnya sebagai wadah bagi mahasiswa untuk bersosialisasi, mengembangkan diri bahkan manfaat lainnya, kini hanya sebatas wadah bagi para penggila kekuasaan. Ajang untuk saling berebut kekuasaan antar anggota organisasi bahkan antar organisasi. Tak masalah jika berdasarkan cara yang sehat, tapi praktik yang dijalankan sungguh ironi dengan menghalalkan berbagai cara. Kekuasaan menjadi tujuan utama baginya dalam berproses hingga menghilangkan makna dari organisasi tersebut. Kepentingan pribadi melebihi kepentingan organisasi hingga tujuan organisasi hingga kiamat pun tak akan tercapai. Rasa pesimis jika melihat kondisi organisasi kini, seperti hidup segan mati tak mau. Dikatakan memiliki proker tentu ada, tapi praktik yang dilakukan ala kadarnya dan terkesan formalitas belaka. Unsur kebermanfaatan dan tujuan ditinggalkan. Kini organisasi hanya sebagai pemuas nafsu bagi anggotanya. Dalam hidup tentu ada konflik, apalagi di dunia organisasi. Akan tetapi, konflik tersebut membangun atau tidak? Jika dilihat hanya konflik kepentingan saja yang sering dimunculkan. Dapat disimpulkan bahwa konflik yang ada tidaklah membangun bagi pribadi maupun organisasi.

Penggerak organisasi harus mampu berbenah diri dan meluruskan kembali jalan berorganisasi, jangan hanya mementingkan diri pribadi tapi lihatlah luasnya dunia yang dapat kita tebarkan unsur kebermanfaatan. Sudahi permainan konflik kepentingan yang dapat menghancurkan organisasi, pikirkan kembali dampak yang ditimbulkan tidaklah kecil. Semua elemen harus berkoordinasi dan membuang ego diri demi merumuskan cara jitu dalam menangi problematika yang ada hingga menemukan formulasi solusi bagi kemajuan organisasi. Jangan sampai memudarnya semangat berorganisasi  menjadi memudarnya organisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun