Tulisan ini akan dimulai dari pertanyaan paling dasar dalam hidup, yaitu apa yang kita pahami mengenai tujuan hidup? Jika ditanya bagi setiap orang, mungkin memiliki jawaban yang berbeda-beda.Â
Ada yang menjawab, untuk mencari kebahagiaan, untuk beramal, untuk membahagiakan orang tua, mencapai cita-cita, mencari ilmu, dan banyak lagi jawaban lainnya. Jawaban – jawaban yang ada jika dikelompokkan mungkin ada yang bersifat idealis ataupun pragmatis.Â
Dapat pula sebatas keinginan yang dikejar sekarang atau jangka panjang. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari hubungan antara manusia, pengalaman dan kebutuhannya. Berbeda dengan binatang yang hidup cukup hanya dengan insting seperti makan dan aktifitas seksual.Â
Manusia walaupun memiliki insting alamiah seperti hewan, akan tetapi masih ada sesuatu yang membuat manusia berevolusi dari tabiat binatang (hewani) menjadi manusia sesungguhnya (insan).
Perubahan menuju sosok manusia sesungguhnya (insan), tentunya tidaklah terlepas dari penggunaan akal. Akal digunakan untuk menemukan kebenaran (akal teoritis, rasio, dan intelektual) serta dengan iradah yang dimilikinya kemudian memutuskan untuk menjalankan dan menjadi bagian dari kebenaran itu sendiri. Kegagalan dalam penggunaan akal inilah yang seringkali disebut bodoh.Â
Bodoh bukannya tidak berakal, akan tetapi akalnya tidak dihidupkan. Sehingga sulit untuk menerima kebenaran dan terkadang mudah untuk termakan provokasi dalam bentuk apapun.Â
Sering terjadi perdebatan kasar, kebencian, serta perseteruan yang sebenarnya disebabkan oleh permasalahan yang sepele. Tempat-tempat yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah seperti dialektika intelektual dan diskusi ilmiah tidak dikedepankan. Yang subur hanyalah kebencian dan permusuhan sehingga mempunyai akal yang cenderung kaku dan tertutup (jumud).Â
Jika ditelusuri lebih lanjut, ternyata akarnya yaitu masih banyak yang tidak menggunakan akalnya untuk membaca dan tidak memakai hati untuk merasa.Â
Padahal dalam berpendapat dan memberikan pandangan, semua orang bebas saja menyampaikan sesuai dengan yang diyakininya. Oleh sebab itu, menghidupkan cahaya akal, rasionalitas, atau intelektual menjadi hal yang sangat penting.
Pembahasan ini tentunya tidaklah terlepas dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Berkenaan dengan fungsi akal, ada sejumlah pertanyaan filosofis prinsipil kemanusiaan yang selalu ingin ditemukan jawabannya yaitu KADER. Jumlahnya sedikit, namun memiliki spirit tidak terbatas untuk menjemput kemenangan bagi nilai-nilai, kebahagiaan abadi.Â
Disamping pendekatan emosional dan intelektual, juga harus siap membela kebenaran. Ini juga bermiripan dengan periode awal kelahiran dan perjuangan HMI, yang tidak lepas dari revolusi melawan para penjajah. Hingga kini, perjuangan tersebut haruslah tetap dikobarkan karena masih banyak kekeliruan yang perlu dibenarkan.