Pertanyaan umum dan terasa sangat khusus di telinga yang di tanya (kayaknya bisa terngiang di otak sampai turun ke hati), saya sebenarnya malu juga ingin menuliskan ini di kompasiana, namun mengingat brand image Kompasiana adalah sharing dan connecting, maka saya beranikan diri menulis ini.
Wajar apabila yang nampak di mata para tetangga, kolega bisnis, bahkan partner kerja kita melihat sosok jombloers, yang tak kunjung melihat gandengannya di tempat pesta seperti hajatan misalnya. Rasa tidak pas itu mungkin yang “mengganggu” mata orang-orang yang melihatnya, orang ini cantik, orang ini ganteng, tapi kok selalu jalan sendirian ya? Tanya dalam hati.
Begitu tiba teman akrab atau yang kita kenal menyapa, kok sendirian aja, temannya mana? Saya perhalus dengan bahasa teman, padahal sebenernya ya pacarnya mana? Wak waw. Bermacam-macam reaksi yang di timbulkan dari mimik muka bahkan celoteh yang tak perlu untuk di tanggapi, ada yang cemberut, senyum-senyum simpul saja (sembari gerutu), soal celoteh bagaimana? Saya serahkan kompasianer yang berpengalaman bagaimana jawaban terbaik ketika di tanya sepertiitu. Hehe
Saya pribadi jika di tanya seperti itu senyum-senyum simpul saja, apalagi pas di tanya Kapan nyusul nikah? Yang lumayan menohok, waktu moment lebaran idul fitri kemarin, berkunjung dari satu tetangga ke tetangga yang lain, begitu salaman dan berucap mohon maaf lahir batin, jleb..jleb, temannya ibu saya nyeletuk, pacarnya mana eka? Saya senyum-senyum saja waktu, tak tahu harus menjawab bagaimana, berhubung saya kurang lihai dalam menanggapi yang seperti itu, mungkin jika saya punya karakter yang “gemar” berceloteh saya akan jawab, kalo saya jadi pacarnya anak ibu boleh tidak? Wkwkwkwk, apa kira-kira jawaban ibu itu, yang saya tau si ibu itu punya anak gadis yang kinyis-kinyis. Hehehe
Sungguh tak adil jika yang masih sendiri ini menjadi bahan “ledekan” orang-orang, menanggapi dengan santai adalah cara terbaik menyikapi keadaaan dan pertanyaan-pertanyaan yang sama di waktu mungkin tidak di kira-kira, walaupun toh datang ke suatu pesta bakal harus mempersiapkan jawaban jika di tanya dengan hal-hal seperti itu, atau lebih bisa di siasati jika datang di suatu undangan pesta atau hajatan misalnya ajak saudara perempuan saja, kan beres.
Jurusan tulisan ini menginginkan ke arah pernikahan, kapan nyusul nikah? Kalau menurut saya, yang terpenting adalah NIAT, ada pasangannya dan siap LAHIR dan BATIN. Jaman sekarang mengarungi hidup rumah tangga kayaknya gak mudah, terutama untuk kebutuhan ekonomi yang menuntut lebih, wak waw. Aturannya memang jelas, jalani berdua akan terasa ringan.
Sorry, tulisannya KENTANG.
Salam damai,
Bandar Lampung, 05 Oktober 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H