Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tabik Politik Luar Negeri Indonesia

21 Desember 2015   22:37 Diperbarui: 23 Desember 2015   00:48 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menlu Indonesia, Retno Marsudi, saat bertemu Menlu Saudi, Adel al-Jubeir. | (Kemlu Indonesia)"][/caption]Politik luar negeri negara manapun merupakan pengurusan kepentingannya di luar teritorial negara. Sebab itu, politik luar negeri mencerminkan desain kepentingan pada masing-masing negara yang melakukan penyelarasan, bertolak dari pandangan hidup dan pandangan startegis (strategic views)-nya atau dalam rangka merealisasikan berbagai manfaat secara keseluruhan ataupun salah satu kelompok, serta mendesain kepentingan tersebut untuk mencapai target-target yang achiavable dengan membuat hubungan kausalitas antara apa yang ada dan apa yang hendak direalisir. 

Batasan muatan politik luar negeri, caranya dengan mempelajari kepentingan dan menyusunnya dalam skala utama ke dalam kepentingan vital dan sekunder, serta menjelaskan tata cara mengembannya di luar batas teritorial percaturan internasional melalui pengkajian terhadappengaruh bagi kepentingan negara lain.

Proses pelaksanaan, dengan mengkoordinasikan berbagai sarana pelaksanaan, serta penyelarasan antara kemampuan negara dengan target yang hendak direalisir. Negara akan menyusun kepentingannya berdasarkan pertimbangan subyektif, baik ideologis maupun strategis, sebab kepentingan tersebut mencerminkan kebutuhan, tetapi kenyataannya tidak subyektif murni berdasarkan koneksitas dengan kepentingan negara lain yang ada di dalamnya, khususnya penyusunan kepentingan menjadi vital dan sekunder.

Sebab, kepentingan vital negara akan menyeretnya untuk terlibat berperang dalam rangka meraihnya. Karena itu, dengan sekedar diumumkannya suatu kepentingan, bahwa kepentingan tersebut merupakan kepentingan vital akan memicu ketegangan. Sekalipun umumnya, negara tidak mengumumkan kepentingan vitalnya kecuali dalam kondisi tertentu, dan membiarkannya tetap kabur antara kepentingan vital dan sekundernya.

Terkait  Indonesia secara resmi menolak bergabung dalam koalisi militer melawan terorisme pimpinan Arab Saudi. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir mengatakan, bergabung dengan koalisi militer internasional tidak sejalan dengan Undang-Undang. "Ini sejak awal tidak sejalan dengan Undang-Undang," kata Juru bicara yang akrab disapa Tata ini.

Sangat jelas, dalam laman Repubika bahwa sejak awal koalisi militer tidak sejalan dengan Undang-Undang Indonesia yang menganut paham hubungan internasional bebas aktif. Dari sini, sebuah negara akan selalu berusaha agar dirinya mempunyai kemampuan untuk melindungi dan merealisir kepentingan tersebut. Dalam batas minimum, kepentingan itu meliputi kepentingan mempertahankan sistem, kemerdekaan negara dan kemerdekaan dalam mengambil keputusan, keutuhan wilayah negara dan kehormatan. 

Keberhasilan dalam politik luar negeri menuntut adanya pemahaman yang benar mengenai dunia dan posisi internasional, serta pemahaman yang benar mengenai hubungan internasional. Berangkat dari sini, sesungguhnya keberhasilan politik luar negeri mengharuskan kecermatan dalam menentukan kepentingan, target dan tata cara meraihnya.

Tampak kasat mata, bahwa idealisme dan nasionalisme, politik luar negeri Indonesia memasuki periode terbaik yang biasanya di era sebelumnya memberikan indikasi bahwa politik luar negeri Indonesia dipastikan mengekor negara-negara barat khususnya Amerika Serikat. 

Patut dicatat, Indonesia mengaktifkan kembali landasan bebas dan aktif. Khususnya dalam pelaksanaan aspek bebas atau independensi dalam menentukan sikap. Politik luar negeri Indonesia merupakan refleksi situasi dalam negeri dan menyelaraskan antara target dan kemampuan yang dimilikinya dengan sarana implementasi politik, dimana kesalahan sekecil apapun dalam hal ini akan menyebabkan terjadinya krisis.

sumber foto disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun