'Enough is enough,' source familiar with Saudi thinking says dikutip dari seorang sumber yang mengaku akrab dengan lingkungan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia. Sumber yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, Riyadh tidak hanya kesal dengan Tehran tapi juga kecewa dengan Washington. Pasalnya, "the United States for a perceived failure to respond to what Riyadh sees as Tehran's interference throughout the region," ungkap anonim kepada Reuters. Menurut sumber tersebut, Tehran has thumbed their nose at the West. Mereka mensponsori terorisme dan meluncurkan rudal balistik dan tidak ada yang melakukan sesuatu tentang hal itu.
Jika merujuk sumber anonim tersebut, cukup menarik untuk dikritisi, sebab selama ini, Washington adalah pendukung berat Saudi Arabia di Timur Tengah. Washington selalu melibatkan diri dan menyerukan para pemimpin negara-negara kawasan Teluk untuk mengambil 'langkah-langkah afirmatif' untuk mengurangi ketegangan, khususnya antara revolusioner Syiah Iran dan monarki Sunni konservatif Saudi Arabia. ""Kami percaya bahwa keterlibatan diplomatik dan percakapan langsung tetap penting untuk menafsirkan perbedaan dan kami akan terus mendesak para pemimpin di seluruh wilayah untuk mengambil langkah-langkah afirmatif untuk menenangkan ketegangan," kata seorang pejabat Amerika Serikat.
Seorang Profesor untuk studi Timur Tengah di Universitas Qatar, Mahjoob al-Zweiri, di laman AFP, Riyadh telah mengambil posisi yang agak provokatif terhadap Teheran. Tercatat, langkah agresif Riyadh, dimulai sejak mengomandoi intervensi militer ke Yaman dan membentuk koalisi militer 34 negara Islam untuk menghadapi aksi terorisme. al-Zweiri berpendapat, Riyadh semakin bersungguh-sungguh dalam berbagai kebijakan termasuk menanggapi Iran. Bisa jadi al-Zweiri benar. "We are completely confident with what we're doing and we believe in it and do not care how others view our procedures, whether on justice or implementation of sentences," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi Mansur al-Turki.
Washington bungkam?
Kawasan Timur Tengah memiliki arti vital dan strategis bagi Washington, sebagaimana pidato mantan Presiden Gerald Ford di San Fransisco bulan Oktober 1975, "American concern for the Middle East is not a matter of choice it is matter of vital necessity. It is a strategic part of the world and source of significant and growing portion of our energy resources and those of Western Europe and Japan."
Tentunya, Saudi memahami para 'arsitek' kebijakan luar negeri Amerika Serikat memegang kuat teori domino dan strategi pembendungan (containment strategy). Teori ini sangat akrab sejak Perang Dingin dan sesudahnya. Seperti telah diungkap dalam Bayang-Bayang Besar Perang Besar? Para pemegang tampuk kebijakan luar negeri Amerika Serikat masing sangat yakin jika satu negara atau kawasan jatuh ke tangan musuh maka negara sekitarnya tinggal menunggu giliran. Oleh karena, Amerika Serikat harus mencegah meluasnya pengaruh musuh tersebut dengan strategi pembendungan.
sumber foto Reuters disini;
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H