[caption caption="Disambut Presiden Obama, Presiden Jokowi Ikuti KTT AS-ASEAN"][/caption]Pada sesi bertema 'Protecting Peace, Prosperity and Security in the Asia Pacific', dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Amerika Serikat di California, Amerika Serikat. Presiden Jokowi mengaku bangga terhadap ketahanan dan keberanian masyarakat Indonesia dalam menghadapi teror tersebut. "Serangan di Jakarta mengingatkan pentingnya kerja sama dalam tiga hal, yakni mempromosikan toleransi, memberantas terorisme dan ekstremisme, serta mengatasi akar masalah dan menciptakan suasana kondusif terhadap terorisme," ungkap Jokowi, (17/2). Presiden pun membahas masalah anggota teroris asing (FTF) pemanfaatan sosial media hadapi teroris. Mengenai Foreign Terorist Fighters (FTF), Presiden mengemukakan bahwa hampir semua negara menghadapi masalah yang sama, di mana ada warga negaranya yang bergabung dengan FTF.
Jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Suriah sebanyak 329 orang. Ini jumlah yang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta jiwa. "Dapat ditarik pelajaran bahwa untuk memerangi terorisme dan mengurangi FTF diperlukan kestabilan politik, pemerintah yang demokratis, serta tidak dalam pendudukan asing," sebut Presiden Jokowi di Pertemuan KTT AS-ASEAN di California, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Metrotvnews.com. Sebagai pembicara pertama dalam retreat II ASEAN-US Summit, di Sunnylands Historic Home, Jokowi juga menyampaikan aksi terorisme bisa ditangani dengan kombinasi hard power dan soft power. Pada aspek hard power, presiden menyatakan Indonesia sedang memproses revisi Undang-Undang Antiterorisme. Sedangkan langkah soft power dilakukan dengan pendekatan agama dan budaya yang melibatkan masyarakat, organisasi masyarakat dan keagamaan. Demikian poin-poin penting Anti-Terorisme yang Disampaikan Jokowi dalam KTT AS-ASEAN.
Sementara ini, Gunung Biru yang membentang dari kawasan Napu di Kabupaten Poso hingga Sausu di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, seluas 2.400 hektare. Santoso dan kelompoknya melarikan diri ke gunung sejak Desember 2012. Aparat gabungan TNI-Polri berkekuatan 2.418 anggota pasukan berupaya mengejar mereka dengan nama Operasi Tinombala, mengadopsi nama gunung tertinggi di Sulawesi Tengah, dengan puncak 1.180 meter di atas permukaan laut. Kapolri menargetkan dapat menumpas kelompok Santoso dalam waktu dua bulan, terhitung sejak Minggu pekan kedua Januari lalu saat Operasi Tinombala digelar. Tenggatnya, pada Kamis pekan kedua Maret mendatang.
Namun, belakangan ini beredar Surat Telegram Bernomor STR/.../II/2016/ROOPSS tanpa tanggal, yang ditandatangani Kepala Biro Operasional Polda Jawa Timur Kombes M Arief Pranoto menginstruksikan kepada seluruh jajaran Polda Jawa Timur untuk waspada dengan ancaman teroris. Dalam surat tersebut dinyatakan, referensi berita berasal dari SMS Kapolri kepada para Kapolda tanggal 13 Februari 2016 tentang adanya rencana giat kelompok teroris. Sasaran racun sianida di surat tersebut adalah anggota Polri yang bertugas di lapangan dan seluruh Markas Komando (Mako) Polri. Kapolda Jawa Timur Irjen Anton Setiadji membenarkan mengeluarkan surat Telegram tersebut. Perintah untuk meningkatkan kewaspadaan teror ini sudah disampaikan secara resmi oleh Badrodin melalui surat telegram rahasia untuk seluruh Kapolda. Soal serangan teror menggunakan racun sianida, Badrodin menyebut pernah terjadi di Polsek Kemayoran, sehingga pihaknya harus mengingatkan kembali. Sedangkan, Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian mengatakan bahwa dia tak pernah menerima telegram rahasia terkait ancaman teror dengan racun sianida. "Saya tidak terima telegram. Saya hanya terima info dari Densus," ucap Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (17/2).
Tentang ancaman tersebut cukup jelas bahwa kewaspadaan aparat keamanan dan masyarakat luas diharapkan tetap 'siaga satu' minus rasa takut. Mengapa? Sebab, coba bandingkan perimeter wilayah persembunyian Osama bin Laden yang sangat luas dengan lokasi persembunyian Santoso dan kelompoknya tersebut? "Kami terus melakukan pengejaran ke pelaku penembakan Brigadir Wahyudi, tapi memang kondisi disana sedang sulit karena menghadapi musim hujan jadi tidak bisa setiap hari bekerja," tegas Badrodin, Jumat (12/2) di Mabes Polri.
Lalu, bagaimana Santoso berikut kelompoknya mendapatkan akses listrik guna charging kamera atau handphone untuk merekam video ancaman Santoso, lalu disebarkan ke Youtube?
Artinya, harapan besar adalah bahwa aparat keamanan meningkatkan giat operasi dalam mencegah aksi terorisme. Apalagi kita menghadapi masalah yang sama di hari ini, mengusut tuntas jaringan teroris dan melengkapi diri untuk menghadapi ancaman seragam di masa depan. Mengingat, Tandzim Al-Qaeda Indonesia untuk wilayah Poso yang kemudian berubah menjadi Mujahidin Indonesia Timur batalyon Abu Wardah gugus tugas Poso yang berbaiat kepada ISIS belum tertangkap, menyebarnya pesan 'jihad Aman Abdulrahman' di lapas Nusakambangan dan pesan Abu Bakar Ba'asyir yang sulit dibendung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H