Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Banjir Jakarta Versi Ahok, Tidak Usah Sebut Sabotase, Apa Sebabnya?

5 Maret 2016   16:33 Diperbarui: 5 Maret 2016   16:59 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Penampakan Istana Negara yang terkepung banjir, Senin, 9 Februari 2015 (foto: Antara/Fanny Octavianus)"][/caption]Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melaporkan semua upaya yang diduga sabotase untuk menimbulkan banjir kepada pihak kepolisian. "Saya sudah serahkan kepada polisi saja," kata Basuki seusai menghadiri groundbreaking pembangunan gedung parkir di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/3/). Demikian Ahok menilai banjir dan genangan yang terjadi di Jakarta belakangan ini, tidak serta merta karena tidak mengalirnya air lantaran saluran yang sempit.

Tapi, ada oknum yang sengaja membuat aliran air tersumbat seperti yang terjadi di Jalan Medan Merdeka Selatan. Ahok mengatakan, sudah menemukan dugaan sabotase itu sejak 2014. Tapi, lokasinya ada di Jalan Medan Merdeka Barat, kemudian langsung dibersihkan. Tapi sekarang malah ditemukan sumbatan berupa kulit kabel di Jalan Medan Merdeka Selatan.

"Banjir di Jakarta kecuali ada sabotase semua tanggul. Kalau tidak ada sabotase saya jamin Jakarta tidak ada banjir yang menyeluruh seperti dulu," kata pria yang akrab disapa Ahok itu di Balai Kota Jakarta, Rabu 18 Februari 2015.

Sebagai pembenaran atas ucapannya itu, Ahok mengaku menemukan 'biang kerok' banjir di jalan utama Ibu Kota seperti Jalan Sudirman, Thamrin, Medan Merdeka, dan kawasan depan Istana Merdeka. Bukti itu didapat saat petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) menangani banjir. 

Sejak saat itu, isu banjir Jakarta, kata sabotase pun menjadi terkenal di media massa, media sosial, media daring, dan mempengaruhi opini, emosi, sikap serta perilaku publik di musim pemilihan Gubernur Jakarta 2017. Sementara, kata sabotase menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, adalah perusakan milik pemerintah dan sebagainya (oleh pemberontak); penghalangan produksi perusahaan atau tindakan merusak dan menentang kelancaran kerja (oleh kaum buruh yang tidak puas); pemusnahan fasilitas militer, perhubungan, atau pengangkutan wilayah musuh oleh agen rahasia lawan atau oleh kelompok gerakan perlawanan bawah tanah.

Artinya, Ibukota negara Indonesia ini, dalam status berbahaya?

Tentunya, terkait isu banjir Jakarta, harapan publik kepada Ahok seharusnya lebih bijak dalam pemilihan kata sabotase. Apalagi, Basuki Tjahaja Purnama adalah orang nomor satu menduduki jabatan Gubernur di Ibukota negara Indonesia. 

Meski demikian, publik bertanya, "Siapa dan bagaimana sekumpulan kulit kabel itu berada di gorong-gorong tersebut?"

Padahal, sebelumnya berita temuan kulit kabel di gorong-gorong pernah ditemukan tiga tahun lalu, saat  Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Berikut kutipan beritanya, "Kepala Sudin Pekerjaan Umum (PU) Tata Air Jakarta Pusat, Herning Wahyuningsih menuturkan, tumpukan kulit kabel galian berbahan tembaga ini ditemukan saat pihaknya melakukan pengecekan crossing saluran di Jl Medan Merdeka Timur, Selasa (25/03) kemarin. Herning memastikan, kulit kabel tembaga ini merupakan hasil curian yang dibuang pelaku ke crossing saluran di lokasi. Imbasnya, aliran air menuju saluran Jl Pejambon, Gambir, Jakarta Pusat menjadi tak berfungsi hingga meluap ke jalan. pihaknya tidak mengetahui kulit kabel tembaga hasil curian yang dibuang ke saluran itu milik siapa. Namun pihaknya mempertanyakan mengapa sisa kabel itu diendapkan ke saluran. "Kabelnya tidak tahu punya siapa, kalau kita tidak merasa kehilangan. Masalahnya kenapa sisanya dibuang di dalam saluran," ungkap Herning, Rabu, 26 Maret 2014."

Artinya, jika tumpukan kabel galian berbahan tembaga itu telah ditemukan, di masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, bukankah hal itu menjadi 'tanda tanya besar' ? 

Cukup menggelitik, puluhan petugas dari Suku Dinas Tata Air Jakarta Pusat mengeluarkan tumpukan kabel dari dalam gorong-gorong di Jl Medan Merdeka Selatan. Petugas Tata Air Jakarta Pusat Andri, "Agak sulit karena sudah sangat keras, mengambil sisa kabel, karena sudah lengket dengan tanah, jadi harus ditarik dengan paksa." Bukankah temuan itu menjadi fakta bahwa tumpukan kabel telah lama menempati gorong-gorong?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun