Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apa Kabar Rizal Ramli?

28 Desember 2015   23:11 Diperbarui: 28 Desember 2015   23:26 1372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wira-wiri membaca sosok Rizal Ramli di dunia maya, sungguh agak sedikit menggoda untuk turut meramaikan renyah kerupuk informasi terkait nama Rizal Ramli. Pertama, bagaimana sosok Rizal Ramli di mata Anda? Jujur, saya bertemu terakhir dengan Rizal Ramli saat beliau di Econit Advisory tahun 1996. Artinya, saya tidak mengenal beliau secara dekat. Hanya sekilas pandang, bahwa Rizal Ramli adalah sosok yang berpengalaman dan memiliki karakter kontroversial dan berani.

Mengutip laman pribadinya, seingat Rizal Ramli hanya Econit Advisory yang didirikannya yang memiliki pandangan berbeda. Di bulan Desember 1996, Rizal Ramli dan Econit mempublikasikan hasil riset yang menemukan ancaman di depan mata. Menurut riset itu, tahun 1997 akan menjadi the year of uncertainty atau tahun ketidakpastian. 

Sejak era Orde Baru, ia mengkritisi kebijakan mobil nasional, pupuk urea, dan pertambangan freeport.  Rizal Ramli sangat mafhum akan negerinya, jika tidak, bagaimana mungkin ia menulis Buku Lokomotif Perubahan.  Masih dalam lamannya, mulai dari tulisan Seandainya Saya Jadi Gubernur DKI sampai Calon Presiden dengan Agenda dan Program Perubahan, cukup jelas bahwa Rizal Ramli tidak asal. 

Dan, karakter kontroversialnya masih berlanjut hingga Kompasiana memberi topik pilhan berjudul Manuver Rizal Ramli. 

Dalam tulisan ini, saya tidak ingin terjebak dalam pusaran kontroversialnya. Namun, saya lebih mencoba berusaha bahwa berpikir linear dengan mistar lurus dari sebuah komunitas masyarakat adalah hal yang wajar. Perihal ini, arketip setiap anggota komunitas masyarakat terpublikasikan dalam sudut pandang tertentu dalam waktu yang cukup lama. Dalam ilmu psikologi kita mengetahui mass behavior, ilmu politik dikenal sebagai budaya politik dan dunia ekonomi kita memahaminya sebagai motivasi ekonomi.

Sejatinya, apa yang sedang terjadi saat ini, secara berkelompok tersebut, adalah penciptaan cara berpikir dan menganalisa seseorang terhadap suatu permasalahan yang menjadi ciri khas dari sudut pandang tertentu. Kata sudut pandang telah merepresentasikan berpikir linear dengan mistar lurus yang kadangkala bersifat bersilangan dengan sucut pandang lain.

Hal inilah yang menjadikan riuh renyah kerupuk informasi terkait sosok kontroversial Rizal Ramli, wabil khusus dikaitkan dengan Prinsip Kebebasan Berpendapat dan Kebebasan Berbicara (Freedom of speech). Sudut pandang seseorang sangat ditentukan oleh latar belakang, daftar riwayat hidup dan lamanya terpublikasikan dalam sebuah kelompok masyarakat.

Bayangkanlah, jika Rizal Ramli tidak lebih dari seorang khalayak yang tidak tahu apa-apa, namun sebab banjirnya informasi dan mafhumnya dapat membuat Rizal Ramli tetap eksis. Misal, saat Rizal Ramli bertemu dengan Chief Executive Freeport-McMoRan Inco, James Moffett.  

Kemudian, saya membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, bahwa arti kata manuver, gerakan yang cepat dalam bidang politik. Mungkin, inilah "Sentimen positif ini terutama didorong oleh gaya Koboi Rizal Ramli yang sangat disukai oleh publik," kata peneliti Datalyst, Amanah Ramadiah.  Pengamat komunikasi politik Tjipta Lesmana menilai Presiden Joko Widodo memasukkan "harimau" ke dalam pemerintahannya. Tjipta pun berpendapat, masuknya Rizal Ramli dalam jajaran pembantu presiden merupakan salah satu gebrakan Jokowi. Ia meyakini kritikan-kritikan yang disampaikan Rizal Ramli karena memiliki ekspektasi yang besar terhadap pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. 

Atas dasar inilah, saya melakukan penyegaran kembali atau rethinking. Adalah sebuah proses membuka pemikiran seseorang untuk melihat secara keseluruhan kemungkinan apa yang terjadi dalam suatu permasalahan dan menjadi perhatian. Jangan pernah memiliki asumsi secara linear terhadap setiap kejadian yang dialami.

Cara pandang global dan ekstensif memang sangat melelahkan sebab dibutuhkan wawasan dan pengetahuan dasar serta energi besar untuk menekuninya, sampai suatu saat secara sistematis memiliki insting yang dapat membantu pekerjaan: bagaimana sosok Rizal Ramli di mata Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun