[caption caption="Penampakan Istana Negara yang terkepung banjir, Senin, 9 Februari 2015 (foto: Antara/Fanny Octavianus)"][/caption]Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melaporkan semua upaya yang diduga sabotase untuk menimbulkan banjir kepada pihak kepolisian. "Saya sudah serahkan kepada polisi saja," kata Basuki seusai menghadiri groundbreaking pembangunan gedung parkir di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/3/). Demikian Ahok menilai banjir dan genangan yang terjadi di Jakarta belakangan ini, tidak serta merta karena tidak mengalirnya air lantaran saluran yang sempit.
Tapi, ada oknum yang sengaja membuat aliran air tersumbat seperti yang terjadi di Jalan Medan Merdeka Selatan. Ahok mengatakan, sudah menemukan dugaan sabotase itu sejak 2014. Tapi, lokasinya ada di Jalan Medan Merdeka Barat, kemudian langsung dibersihkan. Tapi sekarang malah ditemukan sumbatan berupa kulit kabel di Jalan Medan Merdeka Selatan.
"Banjir di Jakarta kecuali ada sabotase semua tanggul. Kalau tidak ada sabotase saya jamin Jakarta tidak ada banjir yang menyeluruh seperti dulu," kata pria yang akrab disapa Ahok itu di Balai Kota Jakarta, Rabu 18 Februari 2015.
Sebagai pembenaran atas ucapannya itu, Ahok mengaku menemukan 'biang kerok' banjir di jalan utama Ibu Kota seperti Jalan Sudirman, Thamrin, Medan Merdeka, dan kawasan depan Istana Merdeka. Bukti itu didapat saat petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) menangani banjir.Â
Sejak saat itu, isu banjir Jakarta, kata sabotase pun menjadi terkenal di media massa, media sosial, media daring, dan mempengaruhi opini, emosi, sikap serta perilaku publik di musim pemilihan Gubernur Jakarta 2017. Sementara, kata sabotase menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, adalah perusakan milik pemerintah dan sebagainya (oleh pemberontak); penghalangan produksi perusahaan atau tindakan merusak dan menentang kelancaran kerja (oleh kaum buruh yang tidak puas); pemusnahan fasilitas militer, perhubungan, atau pengangkutan wilayah musuh oleh agen rahasia lawan atau oleh kelompok gerakan perlawanan bawah tanah.
Artinya, Ibukota negara Indonesia ini, dalam status berbahaya?
Tentunya, terkait isu banjir Jakarta, harapan publik kepada Ahok seharusnya lebih bijak dalam pemilihan kata sabotase. Apalagi, Basuki Tjahaja Purnama adalah orang nomor satu menduduki jabatan Gubernur di Ibukota negara Indonesia.Â
Meski demikian, publik bertanya, "Siapa dan bagaimana sekumpulan kulit kabel itu berada di gorong-gorong tersebut?"
Padahal, sebelumnya berita temuan kulit kabel di gorong-gorong pernah ditemukan tiga tahun lalu, saat  Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Berikut kutipan beritanya, "Kepala Sudin Pekerjaan Umum (PU) Tata Air Jakarta Pusat, Herning Wahyuningsih menuturkan, tumpukan kulit kabel galian berbahan tembaga ini ditemukan saat pihaknya melakukan pengecekan crossing saluran di Jl Medan Merdeka Timur, Selasa (25/03) kemarin. Herning memastikan, kulit kabel tembaga ini merupakan hasil curian yang dibuang pelaku ke crossing saluran di lokasi. Imbasnya, aliran air menuju saluran Jl Pejambon, Gambir, Jakarta Pusat menjadi tak berfungsi hingga meluap ke jalan. pihaknya tidak mengetahui kulit kabel tembaga hasil curian yang dibuang ke saluran itu milik siapa. Namun pihaknya mempertanyakan mengapa sisa kabel itu diendapkan ke saluran. "Kabelnya tidak tahu punya siapa, kalau kita tidak merasa kehilangan. Masalahnya kenapa sisanya dibuang di dalam saluran," ungkap Herning, Rabu, 26 Maret 2014."
Artinya, jika tumpukan kabel galian berbahan tembaga itu telah ditemukan, di masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, bukankah hal itu menjadi 'tanda tanya besar' ?Â
Cukup menggelitik, puluhan petugas dari Suku Dinas Tata Air Jakarta Pusat mengeluarkan tumpukan kabel dari dalam gorong-gorong di Jl Medan Merdeka Selatan. Petugas Tata Air Jakarta Pusat Andri, "Agak sulit karena sudah sangat keras, mengambil sisa kabel, karena sudah lengket dengan tanah, jadi harus ditarik dengan paksa." Bukankah temuan itu menjadi fakta bahwa tumpukan kabel telah lama menempati gorong-gorong? Â
Pernyataan Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menguatkan bahwa tumpukan gulungan kulit kabel itu sudah lama. "Kita sedang membentuk tim dari Ditkrimsus PMJ bersama dengan Sudin Tata Air dan PLN untuk melihat apakah ini barang lama atau barang baru. Info sementara, itu barang lama," ujarnya seusai peresmian gedung parkir di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/3).Â
Sekadar mengingat, lima tahun lalu, bulan Desember 2012, saat itu Joko Widodo, menjabat Gubernur DKI pernah masuk kedalam gorong-gorong di di kawasan Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, untuk mengecek penyebab banjir. Sayangnya, isu gorong-gorong, saat itu, Pemprov DKI Jakarta lebih memilih mengoptimalkan pompa serta mengawasi tanggul untuk menanggulangi banjir di Bundaran HI.
Lain halnya, masa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Ahok melibatkan Pasukan dari TNI Angkatan Laut (AL) untuk menelusuri gorong-gorong di kawasan Ring I. "Ngapain gue masuk gorong-gorong? Sudah banyak yang masuk sana juga, buat apa gue masuk sana?" kata Ahok.
Jadi, di berbagai media massa yang beredar, awak berita hanya diperlihatkan foto-foto dari ponsel milik Basuki Tjahaja Purnama. Sementara, temuan tumpukan gulungan kulit kabel berada di lokasi yang dekat dengan akses informasi untuk kegiatan peliputan media massa, di depan Gedung Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), di Jalan Medan Merdeka Selatan.
Masuk akal, jika kemudian, ada yang bersikap ragu-ragu atau skeptis sebab foto-foto tersebut diproduksi oleh akun pendukung Ahok, baik melalui facebook dan twitter dari akun Teman Ahok. Apakah foto-foto dari ponsel milik Basuki Tjahaja Purnama, adalah foto-foto lama? Tentunya, awak media perlu melakukan verifikasi langsung.Â
Akhirnya, beredar berita di media massa, beberapa petugas PPSU (Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum) mengangkat kulit kabel yang jumlahnya bertruk-truk. Bahkan, ada sebagian media melaporkan ada 12 truk kulit kabel dikeluarkan dari gorong-gorong air di depan Gedung Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), di Jalan Medan Merdeka Selatan.
Namun, terkait isu sabotase banjir Jakarta yang melibatkan kulit kabel yang jumlahnya bertruk-truk itu, berlebihan. Mengapa? Seperti telah diungkap diatas bahwa berita temuan kulit kabel di gorong-gorong bukanlah hal baru. Lalu, bagaimana hal ini seolah terulang dengan bahan materi yang sama? Apakah temuan kulit kabel yang jumlahnya bertruk-truk itu, membuktikan kinerja pembersihan gorong-gorong selama ini, tidak serius?
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pun menegur Dinas Komunikasi dan Informasi Pemprov DKI Jakarta sebab kepala dinas belum memberi rekaman CCTV soal temuan kulit kabel berjumlah besar yang menyumbat aliran air di gorong-gorong dan got di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Â Artinya, Pemprov DKI melalui Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai kinerja jajaran lingkungan Pemprov DKI, Dinas Komunikasi dan Informasi.
Kepala Dinas Kominfo DKI Jakarta Ii Kurnia, "Masalah utilitas seperti itu bukan kewenangan DisKominfo melainkan ada di tangan Dinas PU Bina Marga. Oleh sebab itulah dia tak bisa berbuat banyak dan belum bisa menemukan siapa pelaku yang membuang sampah itu ke got."Â
Andai mengikuti alur dugaan Ahok tentang adanya sabotase, mengapa pelaku yang membuang tumpukan kulit kabel di gorong-gorong justru lolos dari pengawasan petugas terkait? Bagaimana caranya, pelaku melakukan sabotase? Padahal, lokasinya pun berseberangan dengan Pos Polisi Lalu Lintas, tentunya anggota Polantas hilir mudik mengatur arus lalin di simpang Patung Kuda, depan Gedung Sapta Pesona, di Kawasan Monumen Nasional. Rupanya, dugaan sabotase yang dilontarkan Ahok semakin jauh? Toh, selama dua periode pemerintahan SBY, lima kali kawasan Istana tergenang banjir. Isu sabotase tak pernah muncul.Â
Pernyataan Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian pun mengukuhkan bahwa dugaan tumpukan kulit kabel di beberapa selokan di kawasan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, bukan karena sabotase, namun disebabkan alasan ekonomi. Dia mengatakan tingginya biaya operasional menjadi alasan kulit kabel dibuang di selokan.Â
Maka, untuk banjir Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama harus segera meyakinkan publik dan memastikannya, bahwa pembersihan gorong-gorong di sekitar kawasan Istana Negara dan kawasan DKI Jakarta lainnya bersih, dari tumpukan kulit kabel atau temuan Pasukan Katak dari TNI Angkatan Laut (AL), lumpur keras yang menyumbat hampir 80 persen diameter gorong-gorong. Â
Tanpa menambah gaduh di musim pemilihan Gubernur Jakarta 2017. Siapa pun sah-sah saja heboh soal isu dugaan sabotase banjir Jakarta, dan mengusili reputasi Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, namun sepertinya, cuitan akun twitter humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, @Sutopo_BNPB, "3 org hanyut di sungai saat banjir Jakarta 28-1-2016. 2 tewas (Abdul Rouf, 3 thn & Suhardiman, 16) & 1 blm ditemukan," menjewer telinga, mencubit tubuh publik bahwa persoalan banjir Jakarta bukan saja dugaan sabotase tapi rasa peduli terhadap korban banjir Jakarta, dan lupa bersih-bersih.Â
[caption caption="akun twitter @Sutopo_BNPB"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H