[caption caption="Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Walikota Bandung Ridwan Kamil menjadi pembicara di acara Kompasianival 2014 di Gedung Sasono, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Sabtu (22/11/2014). Acara yang berlangsung hingga pukul 22.00 ini menghadirkan puluhan komunitas, grup band hingga sejumlah pembicara"][/caption]Malam ini, menjadi detik-detik dan rasa was-was para pendukung Ridwan Kamil, khususnya warga Bandung. Kang Emil masih menunggu suara hati nuraninya untuk mantap diri bertempur habis-habisan dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Wali Kota Bandung itu, melalui akun instagramnya, meminta tanggapan para netizen, "Perlukah saya maju pilgub DKI 2017?" Geng IG pendapatmu bagaimana? *typo dikit maksudnya "perlukah?"
Malam ini, postingan tersebut telah diberi tanda jempol 32.433 dari para pengikut akun instagram Ridwan Kamil. Sejak ditulis tanggal 28 Februari 2016, pukul 9:29 telah dibanjiri komentar sebanyak 28.682. Komentar terbaru, "Jakarta lebih butuh pak ahok ,bandung lebih butuh kang emil, simple...," ujar pemilik akun instagram @fandy_julianto.
Tidak hanya instagram, dalam status Fanpage FB Ridwan Kamil yang diikuti tanda jempol 1.693.047 orang. Kang Emil menulis,"Setelah 2 bulan intensif memenuhi undangan sana sini dan mendengarkan aspirasi dari tokoh2 lokal/nasional dan kelompok sana sini, sekarang saya dengan hormat meminta pendapat 1,6 juta warga Fanpage FB ini. pertanyaannya: Perlukah saya pergi ke Jakarta untuk ikut pilkada gubernur DKI 2017 ? mhn alasannya. hatur nuhun." Hingga malam ini, 28 Februari 2016, pukul 22.35, status tersebut telah dibagikan 5.360 kali, dan 52.294 komentar.
Bisa dipahami, jika Ridwan Kamil berdialog dengan para netizen terkait keputusan maju tidaknya dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Banyak kalangan berpendapat bahwa dirinya menghindari hiruk pikuk bursa penantang Gubernur Basuki. Padahal, sudah banyak tokoh yang tegas memproklamirkan dirinya untuk maju dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. Bahkan, Ridwan Kamil dianggap ragu-ragu disaat namanya disebut-sebut sebagai penantang utama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Sebelumnya, Ridwan Kamil justru menyebut nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang pantas untuk maju sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta.
Apa yang menjadi faktor Ridwan Kamil tampak ragu? "Kalau ditanya, beratnya cuma satu. Kalau saya ke Jakarta, saya masa jabatan di Bandung kediskon setahun. Kalau start-nya sama, finish-nya sama, teknis beradu lagi di pilkada lain, fair. Kan pasti pertanyaannya, kenapa pindah? Kan ini belum selesai. Pasti itu jadi dilema juga," tutur Emil di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Kamis, (28/1).
Faktor berikut, masa jabatan Kang Emil sebagai Wali Kota Bandung yang baru akan selesai pada 2018 mendatang. Sementara, Pilkada DKI akan digelar pada 2017. Di sisi lain, tak kalah serunya, sejak awal Pertai Gerindra berusaha sekuat tenaga dalam mempersiapkan sejumlah penantang Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Tercatat 14 bakal calon, yang dianggap mampu menyaingi Ahok hanya pengusaha muda sukses, Sandiaga Uno, dan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. Namun, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto telah meminta secara langsung Sandiaga Uno untuk mengikuti seleksi pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. "Kalau saya ibaratkan, calon-calon ini dalam rahim Gerindra, tapi Sandiaga Uno yang sudah dapat perintah langsung dari Pak Prabowo untuk ikut," ungkap Ketua Tim Penjaringan Cagub Partai Gerindra, Syarif, Jumat (12/2).
Sementara, posisi Ridwan Kamil belum pasti. Jika dicermati, sesungguhnya bukan Ridwan Kamil yang bimbang, melainkan internal tubuh Partai Gerindra, dalam hal ini Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Mengapa? Tentu saja, Partai Gerindra perlu tembakan jitu dan hitungan yang matang, realistis, dan terutama peluang. Mengingat, maju tidaknya Ridwan Kamil, adalah spekulasi politik persetujuan Partai Gerindra untuk Kang Emil menuju DKI Jakarta, dan melepaskan Provinsi Jawa Barat yang relatif mudah direbut? Atau, malah sebaliknya, meyakinkan Provinsi Jawa Barat di tangan dan mencari calon kuat lain untuk menantang Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Bisa jadi, Ridwan Kamil menyadari popularitas Ahok yang belum dapat ia tandingi. Itu pun berdasarkan survei Centre Strategic and Internasional Studies (CSIS) akhir Januari lalu, sebanyak 45 persen publik di DKI masih memilih Ahok. Sedangkan di urutan kedua yaitu Ridwan Kamil yang berada pada angka 15,75 persen.
Yang pasti, "Ya, nanti akan saya umumkan hari Senin (29/2). Maju atau tidak di Pilkada DKI," kata Kang Emil usai bertemu Ahok saat berkunjung ke Balai Kota, Jakarta, Kamis (25/2). Dirinya juga mengaku, andai akhrinya memutuskan maju, dia siap untuk bersaing sehat dengan para kompetitor lain. Persoalan menang atau kalah, tak terlalu dia pikirkan. "Dalam hidup kan selalu begitu, menang kalah biasa,” pungkasnya.
Jadi, DKI 1 atau Jabar 1 ?