Di antara kesibukan liputan menyambut kunjungan kerja Jokowi ke Cirebon, sambil menunggu kepastian Jokowi, pukul 08.00 WIB, saya berada di pusat kota Cirebon. Pagi itu, kabar masih simpang siur, apakah Jokowi menggunakan jasa kereta api atau helikopter. Saya pun menghubungi Korem 063/SGJ, dan terverifikasi Jokowi menggunakan Helikopter Superpuma TNI AU dari Pangkalan TNI AU Atang Sendjaja, Kabupaten Bogor.
Bersamaan pula, melalui twitter saya masih melihat perkembangan informasi terkait kunjungan kerja Jokowi ke Cirebon. Namun, saya terkejut membaca status akun @endrisutarto, mantan Panglima TNI 2002-2006, "Baku tembak di Sarinah masih terus berlangsung hingga saat ini". Status tersebut saya baca sekisar pukul 12.00 WIB. Saya pun menghubungi kolega di lingkungan keamanan Jakarta. Terkonfirmasi bahwa benar terjadi aksi terorisme di Jakarta. Konsentrasi saya pun buyar untuk mengikuti perkembangan agenda kunjungan kerja Jokowi ke Cirebon. Amatan saya fokus pada peristiwa memilukan tersebut.
Sejak akhir tahun, saya sudah menulis artikel Tambo Terorisme di Indonesia, dan Terorisme: Mudah Dikenal Sulit Ditangani sudah cukup jelas terlukiskan dan saya memprediksi akan terjadi aksi terorisme dan mendesak kewaspadaan publik satu bahasa, satu sikap, dan satu pola tindak (institusi yang 'dititipi' tugas berkaitan dengan penangangan tindak terorisme). Seperti yang terjadi dalam aksi kelompok bersenjata ini, kenyataan di lapangan sudah mendesak untuk berbenah, salah satunya, kesiapan satuan anti teror akan berperan jika masalah yang dihadapi adalah bagaimana membentuk satu kesatuan operasi yang terbentang dari pusat sampai ke lokasi.
Beberapa point yang disadur dari beberapa jam lalu terkait aksi kelompok bersenjata di Jakarta:
- Sasaran adalah simbol Barat khususnya Amerika Serikat, kedai kopi asal Amerika Serikat, Starbucks Coffe.
- Pola serangan adalah balas dendam terutama kepada Polisi (beberapa hari lalu, penangkapan teroris di Bandung oleh Petugas gabungan dari Datasemen Khusus (Densus) 88, Satgasus Polda Jabar, dan Polrestabes Bandung)
- Target besar kelompok Santoso condong kurang serius ditangani dengan alasan persembunyian Santoso di wilayah pegunungan di Poso sulit dijangkau.
- Teknik serangan teror cukup piawai meski berbaur dengan masyarakat tampak para pelaku dalam kondisi tenang bersamaan dengan akses senjata
- Jika ada kehendak membentuk Dewan Pertahanan Nasional—lebih tepat dinamakan Dewan Keamanan Nasional— segeralah dibentuk sebagai fungsi operasional tanpa kepentingan tertentu dalam rangka menangani aksi terorisme maupun separatisme.
- Terkait point 3, rekrutmen orang-orang baru akan terus berlangsung
Setidaknya, dalam waktu dekat mendatang ini, momentum Tahun Baru Imlek dan Hari Valentine di bulan Februari, kepada seluruh elemen masyarakay untuk meningkatkan kewaspadaan publik, cermati Detik-detik Polisi Ditembak Dua Terduga Teroris Bom Sarinah para pelaku dengan tenang berbaur dengan masyarakat. Tambo terorisme di Indonesia tidak bergantung pada ditangkapnya para terduga teroris, karena dengan mudah akan ada pemimpin baru yang sudah disusupi oleh infiltran. Target besar kelompok Santoso dan seluruh sel-sel tidurnya tidak terungkap bukan mustahil akan ada selalu serangan-serangan susulan.
Selamat bertugas seluruh aparat keamanan Indonesia, TNI, Polri beserta jajarannya, dan BIN. Tetap Waspada #KamiTidakTakut
artikel terkait: Tambo Terorisme di Indonesia, Terorisme: Mudah Dikenal Sulit Ditangani
mengutip foto disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H