Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negeri yang Dipreteli

9 Desember 2015   22:14 Diperbarui: 3 Januari 2022   07:34 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlawanan mahasiswa Jerman pada akhir dasawarsa 1960-an barangkali dapat dipandang sebagai akibat langsung dari teror yang dilakukan negara pada abad ke-20. Merasa kecewa dan tersingkir, generasi muda itu membandingkan kakek nenek dan orang tua mereka-yang telah menyesuaikan dirinya dngan kehidupan demokratik, hidup dengan sabar dan sederhana, tidak menyukai hal-hal yang berlebihan dengan hal-hal baru yang kemudian muncul. Generasi muda itu merasa orang tua mereka telah gagal untuk mencegah hal-hal yang tidak disukai itu. Bahkan orang tua mereka dianggap telah mengijinkan, membiarkan, dan dengan bantuan buruh dengan sengaja melihat arah berbeda bahkan secara aktif berada di belakang hal-hal yang tidak disukai tersebut. Hal itulah muasal penyulut kemarahan generasi muda itu, yang kemudian mendorong mereka untuk menentangnya dan ingn memulai sesuatu yang baru.

Mahasiswa-mahasiswa itu tidak melihat adanya garis batas pemisah yang jelas antara dunia menakutkan yang berakhir 1945 dengan dunia baru yang munsul 1949, karenanya mereka melontarkan tuduhan fasisme terhadap Republik Jerman yang baru. Tuduhan itu tentu saja sangat menyakiti perasaan orang-orang yang telah mempertaruhkan kehidupannya melawan Nazi, dan yang sekarang merupakan orang-orang yang menduduki posisi pengemban tanggung jawab. Kebencian para pemuda pemberontak diarahkan terhadap Republik Federal Jerman, yang mereka kecam sebagai suatu kelanjutan dari Reich Hitler yang sosoknya telah disembunyikan dengan cara licik. Kaum muda yang melawan itu terus menerus melakukan pelanggaran hukum, mereka, mereka mengenal negara dari sisi yang buruk. Mereka mengetahui negara dari tembakan meriam air, organisasi, tongkat pemukul karet, dan dalam kasus mahasiswa Benno Ohnesorg, dari laras senapan negara.

Bagi mereka, negara pada hakikatnya adalah suatu alat pembungkam dan pemaksa, yang secara sepihak melayani kapitalisme monopoli. Apa yang mereka lihat melekat dalam negara bukanlah suatu cita-cita (mission)--bukan juga cita-cita untuk melakukan pembauran--tetapi seorang musuh. Monopoli penggunaan kekerasan oleh negara, seperti yang dimiliki negara lainnya, secara umum oleh kelompokpemuda itu--dan tidak hanya oleh para teroris Faksi Tanah Merah Andreas Baader dan Ulrike Meinhoff--sebagai suatu alat yang digunakan oleh suatu rezim yang sesungguhnya tidak mendapatkan dukungan.

Dan, sesungguhnya kesulitan yang dihadapi generasi ini yang kemudian sangat terwakili dalam partai hijau (die Grunen) dalam hubungannya dengan penyatuan Jerman muncul dari kecemasan mereka terhadap negara. Karakter kecemasan yang mereka miliki lebih bersifat emosional daripada rasional. Setelah penyatuan Jerman, negara yang mereka cemaskan itu bahkan menjadi lebih besar, dan merangkul orang-orang yang baru saja dalam proses untuk merekonstruksi sesuatu atas dasar apa yang mereka miliki kepada sesuatu yang lebih baik menggantikan puing-puing negagara SED. Inilah sebabnya mengapa banyak orang membicarakan kemungkinan ancaman di masa mendatang dari kemunculan suatu "Jerman Raya" dalam bentuk lain. Umumnya ancaman yang dirasakan ini sangat dipengaruhi pengetahuan mereka tentang sejarah masa lalu tetapi sama sekali tidak terkait dengan pilihan-pilihan yang harus dibuat pada tahun 1990.

Ini bukanlah tentang sekadar pemberian penilaian terhadap sebuah generasi yang sumbangannya terhadap budaya politik Jerman di masa lalu sangat penting. Tetapi lebih pada upaya untuk menjelaskan mengapa perdebatan tentang negara yang sekarang sangat mendesak belum muncul bahkan tidak dapat muncul dari generasi 1968, ketika mereka berada di pemerintahan. Kebanyakan dari generasi baru itu sekarang adalah kelompok neoliberal, dan orang-orang yang berpandangan bahwa penolakan terhadap negara bukanlah merupakan keburukan terbesar dari neoliberalisme.

Umumnya orang-orang yang menganut garis pemikiran Marx dan berjuang keras melawan negara karena dipandang sebagai alat kelas kapitalis yang memerintah kini merasa bingung bercampur heran mengapa kelas yang berkuasa ini sedang berusaha untuk meruntuhkan negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun