Mohon tunggu...
Wayudin
Wayudin Mohon Tunggu... Guru - Pengabdian tiada henti

Seorang guru SMP swasta di kota Medan,tertarik dengan fenomena kehidupan masyarakat dan tak ragu untuk menyuarakan pendapatnya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Harus New Normal?

27 Mei 2020   14:41 Diperbarui: 30 Mei 2020   18:00 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika tidak segera ditangani, selain berimbas ke perekonomian, pandemi ini dikhawatirkan juga dapat menimbulkan krisis pangan di tengah-tengah masyarakat. hal ini terjadi jika zona merah penyebaran melanda sentra-sentra utama pertanian sehingga aktivitas pertanian turut berhenti ataupun hasil pertanian tidak dapat didistribusikan karena adanya pembatasan sosial. Untuk memastikan ketahanan pangan nasional, pemerintah telah  menginstruksikan pencetakan sawah baru di berbagai daerah di Indonesia.

Masyarakat juga dapat turut membantu ketahanan pangan nasional dengan memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk ditanami sayur-sayuran dan tanaman pangan lain yang tidak membutuhkan lahan yang luas, minimal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tindakan ini dianggap perlu dilakukan karena dengan status pandemi, Covid-19 juga dapat memicu krisis pangan secara global dan kegiatan impor bahan pangan dapat terganggu karena pada saat yang sama negara-negara lain juga mengalami krisis pangan.

Perekonomian yang mengalami penurunan akibat Covid-19 bukan hanya terjadi pada Indonesia, namun juga dirasakan oleh seluruh dunia karenakan pandemi ini telah memukul seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat global. Sektor ekspor-impor merupakan salah satu sektor yang terlihat sevara secara nyata mengalami pelemahan dan pelemahan ekonomi dunia dipikul bersama oleh semua negara sebagai akibat dari era globalisasi. Negara adidaya seperti AS saja membutuhkan pinjaman untuk menstimulasi perekonomian mereka terkait Covid-19, tentu saja nasib Indonesia juga tidak akan jauh berbeda.

Hal yang dapat mengganggu pemulihan ekonomi Indonesia dan dunia selain Covid-19 tentu saja isu-isu global yang sedang menghangat saat ini, seperti ketegangan antara AS-Tiongkok, perebutan wilayah Laut Tiongkok Selatan, perdamaian di Semenanjung Korea, bahkan ketegangan India-Tiongkok. Pemulihan perekonomian Indonesia tentu akan turut dipengaruhi isu-isu tersebut karena isu-isu tersebut melibatkan banyak mitra dagang utama Indonesia.

Pada akhirnya, new normal menjadi langkah yang akan ditempuh oleh negara-negara untuk meminimalisir dampak terburuk Covid-19 terhadap perekonomian. Pertanyaan apakah ekonomi atau Covid-19 yang harus didahulukan membawa dilema bagi pemerintah karena kedua hal tersebut sama pentingnya untuk diutamakan penanganannya. Jika memilih untuk mendahulukan ekonomi, wabah akan menular tidak terkendali, mengendalikan wabah dengan melakukan karantina total, tentu akan memukul sektor ekonomi karena aktvitas ekonomi yang lumpuh total. Selain biaya ekonomi yang harus ditanggung, pemerintah juga harus menghadapi biaya sosial yang timbul akibat karantina.

Akhirnya, untuk merengkuh beberapa tujuan sekaligus, opsi berdamai dengan Covid-19 melalui new normal harus dilakukan, yakni menghidupkan aktivitas ekonomi sembari menangani Covid-19 melalui penerapan protokol-protokol kesehatan. Hasil yang diperoleh mungkin tidak maksimal bahkan dapat mendatangkan gelombang penularan yang berikutnya, namun setidaknya dapat menghindarkan terjadinya skenario terburuk pandemi Covid-19. Sebagai masyarakat, peran kita dalam meringankan beban pemerintah adalah dengan menaati anjuran-anjuran pemerintah dengan penuh  kesadaran dan disiplin tinggi. Tanpa kedua hal tersebut tentunya akan sangat sulit untuk berharap agar pandemi ini dapat segera berlalu. Tak lupa juga mari kita menyambut pola kehidupan normal yang baru yang telah menunggu kita di depan mata. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun