Sebuah cita tidak akan tergapai, jika tak ada mimpi, mau berproses, dukungan, keyakinan dan cinta. The Music of Silence, mengajarkan itu semua.
Seorang laki-laki separuh baya sedang mengetik di ruang rias. "Veronica sayang, ini kisah seorang bocah bernama Amos, yang dekat denganku sepanjang hidupku, Amos Bardi. Kenapa Amos, karena aku suka nama itu.Â
Andai pada hari kelahiran, aku bisa memilih nama, maka aku akan memilih nama itu. Kenapa Bardi? Karena itu nama Tuscany yang indah." Kemudian ia berjalan dari ruang rias, menuju panggung, diantar oleh seorang wanita berambut panjang yang ketika berjalan memiliki keanggunan dan kedewasaan.Â
Itulah awal dari film The Music of Silence. Awal dari perkataan di adegan di film tersebut menjadikan saya untuk mengulik kehidupan asli dari kisah hidup Amos Bardi, tokoh utama dalam film ini. Amos Bardi adalah tokoh alter ego dari Andrea Bocelli yang ia tuliskan dalam sebuah memoir.
Andrea Bocelli, nama yang teramat asing bagi saya. Namun setelah mencoba mencari tahu, ternyata karyanya tidak terasa asing dari telinga saya. Nada-nada dari alunan lagu Time to Say Goodbye &Â The Prayer ternyata sudah tersimpan di dalam memori saya.Â
Di awal perkataan ia mengatakan Veronica Sayang. SIapa Veronica? Seakan-akan, memang kisah hidup ini ia ingin beritahukan khusus untuk Veronica. Di kehidupan Andrea, Veronica adalah seorang manajer dan istri keduanya.
Tokoh Amos, lahir di Tuscany pada tahun 50-an. Ia merupakan anak dari seorang petani yang menjual alat-alat mesin pertanian dan juga anggur di Tuscany.Â
Sejak bayi, ia sudah menderita congenital glaucoma. Sebuah gangguan pengilhatan yang bisa diderita 1 dari 10.000 bayi. Jika tidak tertangani dengan baik, bisa mengakibatkan kebutaan.
Hal yang akhirnya tidak diinginkan terjadi. Ketika sedang bermain bola, ia menjadi penjaga gawang yang tangguh dibandingkan teman-temannya. Namun tak disangka ada bola yang mengarah ke wajahnya, dan setelah itu gelap.