Gramedia Writer and Readers Forum, telah berakhir pada Minggu (8/4), namun ingatan dari kegiatan ini masihlah belum hilang. Salah satu sesi yang saya ikuti adalah "Lit Movie Laut Bercerita", menonton film pendek berjudul Laut Bercerita yang diadaptasi dari novel Leila S Chudori dengan judul yang sama.
Film berdurasi 30 menit ini, mengajak penonoton untuk merawat ingatan dan mengingat peristiwa orang-orang hilang pada akhir rezim orde baru. Dimana banyak orang yang diculik dan tak pernah kembali.
Leila S Chudori menjelaskan bahwa novel dan film pendek Laut Bercerita terinspirasi dari tulisan Nezar Patria yang berjudul "Di Kuil Penyiksaan Orde Baru". Di tulisan itu Nezar menjelaskan pengalamannya diculik kemudian disiksa di sebuah tempat yang ia tidak tahu dimana. Ia masih beruntung dimana dirinya masih bisa selamat. Tidak seperti kawannya yang hilang dan tak pernah pulang, Herman Hendrawan, Bima Petrus, Suyat, Wiji Thukul, dan lain-lain.
Film Laut Bercerita menceritakan tokoh bernama Biru Laut, seorang mahasiswa. Suatu hari ia disergap empat orang tak dikenal. Kawan-kawannya; Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon juga bernasib sama. Mereka dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, disetrum, mereka alami. Siang dan malam tak lagi bisa dibedakan. Alex Perazon mencoba menghitung hari dengan darah yang ia seserkan di tembok, setiap kali bunyi house music terdengar ketelinganya.
Di tempat lain, di sebuah rumah. Â Ada sosok ayah, ibu, adik dan kekasih Biru yang menunggu kapan Biru pulang. Kegelisahan selalu hadir di tengah-tengah mereka. Rasa rindu dan kekhawatiran seakan menjadi teman di setiap malam-malam yang mereka lalui. Saat makan bersama, ada satu kursi kosong yang tak pernah lagi terisi. Seringkali mereka menatap kursi itu, saat akan menyantap hidangan yang telah ada di meja. Akankah Biru kembali?
Selama 30 menit saya mencoba flashbackkembali ke tahun 1998. Dimana saat itu saya masih berusia 7 tahun. Orang tua saya sering bilang, "Jangan main jauh-jauh, nanti diculik." Baru ketika kuliah, saya baru mulai sedikit paham apa maksud itu. Ternyata ada teman ayah saya, yang berprofesi sebagai supir salah satu tokoh, hilang dan tak pernah kembali pulang, sampai sekarang.
Film pendek Laut Bercerita mengingatkan kembali apa yang pernah terjadi di Indonesia. Saya pun mencoba merasakan jika hal itu terjadi pada keluarga saya. Kehilangan keluarga, tanpa ada kejelasan kabar. Teringat Dilan, "Rindu itu berat". Apalgi jika rasa rindu bercampur penasaran yang mungkin tak pernah hilang hingga akhir hayat.
Paian Siahaan, ayah dari Ucok Munandara Siahaan, salah satu aktivis yang diculik karena menentang Orde Baru menyatakan rasa terima kasih atas peluncuran novel dan film pendek Laut Bercerita. Pensiunan BUMN ini menceritakan kejadian saat anaknya menghilang.
Ucok, mahasiswa PERBANAS, ngekos di Ciputat, tidak jauh dari UIN Jakarta. Sebelum ngekos, Ucok tinggal di rumah bersama Paian. Namun saat Paian dan istrinya pindah ke Depok, Ucok tetap tinggal di Ciputat. Karena jika tinggal di Depok, jarak antara kampus dan rumah begitu jauh.
Sebelum menghilang, Ucok menelepon Paian. Bahwa katanya Ucok mau merayakan ulang tahunnya pada tanggal 17 Mei. Ucok berencana mau mengajak teman-temannya datang ke rumah. Kemudian di tanggal 15 Mei, temannya menelepon Paian. Katanya semalam, jam 8 malam Ucok ada yang menjemput. Setelah kejadian itu, Ucok hilang tak ada kabar dan tak pernah kembali hingga sekarang.
Saat menulis novel Laut Bercerita, Leila S Chudori merasa ngeri. Tapi ternyata para keluarga korban berani dan mendukung dirinya. Menurut Paian sendiri, semakin banyak orang tahu maka semakin bagus untuk dirinya. Ia sangat berharap kasus ini bisa diselesaikan. Dewan Perwakilan Rakyat sudah merekomendasikan untuk membentuk tim pencari 13 orang yang hilang ini. Presiden Jokowi juga pernah menjajikan untuk menuntaskan hal ini saat kampanye Pilpres beberapa tahun lalu. Namun hingga saat ini, belum ada titik terang.