Belum selesai tulisan ini ditulis, atas nama Malaysia Sea Games Organizing Comitte (MASOC) dan Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia menyatakan permintaan maafnya melalui surat resmi dua bahasa (Inggris dan Melayu).
Statement on the issue of the Indonesian flag in the Official Souvenir Book for the opening ceremony of the 29th SEA Games pic.twitter.com/nRCja6MxfK--- Kuala Lumpur 2017 (@KL2017) 19 Agustus 2017
Apakah ini sudah cukup? Tapi kok saya masih sedikit ngegrundelya. Baru beberapa hari Indonesia merayakan kemerdekaannya, Nasionalisme lagi tinggi-tingginya, dapat "kado indah" dari negara tetangga. Jeger!
Saya sebagai manusia, memaafkan kesalahan tersebut. Namun tidak bisa begitu saja.
Saya jadi teringat masa-masa SMA. Sewaktu SMA saya lihat dengan mata kepala sendiri, teman-teman saya anak Paskibra ada yang ditampar dan disuruh pushup berpuluh kali, lari mengelilingi lapangan, dan berbagai hukuman lainnya oleh pelatihnya, gara-gara kebalik mengibarkan bendera merah putih. Putih diatas, merah dibawah. Itu orang Indonesia loh yang salah dan juga tidak ada niat kesengajaan. Tapi mereka dihukum sekeras itu.
Lah ini, diajang sebesar SEA Games. Ajang se-Asia Tenggara yang harusnya memiliki tim Quality Control di masing-masing bidang panitia, bisa salah mencetak gambar bendera. Ini adalah hal yang krusial. Apakah tidak ada panitia yang berperan mengontrol buku SEA Games tersebut sebelum dicetak? Atau sebelum dibagikan, tidak adakah yang mengecek dahulu?
Tak heran jika banyak rakyat Indonesia yang mengungkapkan kekecewaannya.
Menurut saya, ungkapan permintaan maaf lisan dan tulisan tidaklah cukup. Teman saya anak paskibra, sudah minta maaf dengan tulus sambil nangis-nangis saja masih disuruh push up dan lari keliling lapangan, gara-gara bendera terbalik. Itu ajangnya hanya sebesar satu sekolah SMA. Ini ajangnya se-Asia Tenggara, walaupun mungkin hanya gambar, tapi sama-sama bendera. Apakah hukuman yang pantas?
Apakah kita harus menarik atlet pulang ke-Indonesia? Ah menurut saya itu kurang bijak. Sudah banyak biaya dan energi yang dikeluarkan untuk mempersiapkan perhelatan ini. Saya juga masih penasaran dengan kiprah Sepak Bola Indonesia U-22 yang bermain di Sea Games. Apakah target emas bisa tercapai?
Saya tidak mau menentukan hukuman seperti apa yang pantas diterima untuk penyelenggara SEA Games 2017. Mungkin kalau ada kompasianer yang ingin memberikan saran, boleh juga komentar di bawah ini.Â
Tapi yang pasti, pemerintah harus bertindak tegas terhadap hal ini. Begitu pula Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Dewan Olimpiade Asia (OCA) sebagai pengawas SEA Games.