Mohon tunggu...
Yogi Setiawan
Yogi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku adalah

Pemuda yang penuh semangat, senang berbagi dan pantang menyerah. Mulai menulis karena sadar akan ingatan yang terbatas. Terus menulis karena sadar saya bukan anak raja, peterpan ataupun dewa 19.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pernah Trauma, Namun Sekarang Cinta

6 November 2016   23:52 Diperbarui: 7 November 2016   00:23 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aww panaaas." aku teriak saat dedek kejantananku ketumpahan minyak kayu putih. Ya, itu terjadi saat umurku empat tahun. Selesai mandi di sore hari, ibuku tidak ada di rumah. Sebagai anak laki-laki pemberani, aku mencoba memakai minyak kayu putih dan bedakan sendiri. Hal itu membuat diriku trauma menggunakan minyak kayu putih sendiri.

Aku masih menggunakan minyak kayu putih hingga umur lima tahun. Minyak kayu putih biasa kugunakan saat setelah mandi atau mau tidur. Hangatnya minyak kayu putih membuat diriku menjadi rileks. Namun saat masuk SD, tak pernah lagi aku menggunakan minyak kayu putih. "Ah dasar lu, udah SD masih pake minyak kayu putih. Kayak bayi aja" ejek temanku. Sebagai anak laki-laki yang ingin terlihat gagah, saya tidak lagi menggunakan minyak kayu putih. 

Beda lagi saat SMA, ada temanku yang sangat tidak meyukai bau minyak kayu putih. Di kelas, ada seorang cewek yang tiap hari menggunakan minyak kayu putih. Dan dia menjadi bahan cercaan. "Ah dasar lu kayak nenek-nenek pake minyak kayu putih. Jauh-jauhlah dari gua" cercanya.

Kejadian-kejadian itu membuat saya agak menghindari yang namanya minyak kayu putih. Namun hal itu berubah seketika saat acara kompasianival kemarin. Ada seorang penjaga booth minyak kayu putih Cap Lang yang menawarkan minyak Kayu Putih Aromatheraphy. "Mas ini boleh coba inovasi terbaru dari minyak kayu putih. Ada aroma green tea untuk penyegaran, aroma rose untuk penyemangat di siang hari, aroma lavender untuk relaksasi jika mau tidur dan aroma eukaliptus untuk kehangatan." 

Saya pun penasaran dan mencoba mencium semua minyak kayu putih tersebut. Saya pilih aroma rose. "Coba aja mas langsung" kata penjaga booth. Dia pun langsung mengoleskan minyak itu ke tangan saya. "Gimana mas, baunya beda kan?" tanyanya. "Kok sama mas?" tanyaku "Tunggu aja beberapa saat mas." jelasnya. 

"Wow, amazing. Baunya enak banget. Mas ini gratis kan ya?" tanya saya ke penjaga booth. "Iya mas silahkan." Senangnya.

Saat di rumah saya pun pamer ke adik dan ibu saya. "Nih cobain, minyak kayu putih terbaru, baunya enak banget." Aku pun langsung mengoles minyak kayu putih tersebut ke adik dan ibuku. "Mana, gak ada bedanya?" tanya mereka. Tunggu beberapa saat. "Hmmm enak juga ya" kata adikku. "Mana, biasa aja." kata ibuku. "Hidung ibu mampet kali" celoteh adikku. "Huss kurang ajar kamu ya" balas ibuku. Dalam hatiku, wah  selera nenek-nenek kayaknya lebih suka wangi yang original. "Ngapain kamu senyum-senyum?" tanya ibu kepadaku. "Hehehe, enggak kok." 

Lalu bagaimana dengan ayahku? Beliau termasuk orang yang badannya suka gatal-gatal. Saya coba tawarkan minyak kayu putih. Karena kalau badan saya gatal akibat gigitan serangga, saya suka oleskan minyak kayu putih dan itu mujarab. Namun seringkali dia menolak, karena katanya kurang hot. Beliau lebih suka menggunakan balsem.  Kalau ada minyak kayu putih yang lebih hot, mungkin ayahku akan suka memakainya. 

Minyak Kayu Putih Aromatheraphy Rose Membangkitkan Semangatku untuk Menulis (dokumentasi pribadi)
Minyak Kayu Putih Aromatheraphy Rose Membangkitkan Semangatku untuk Menulis (dokumentasi pribadi)
Ya, setiap orang memang punya selera sendiri-sendiri. Begitu juga diriku yang sempat trauma dengan minyak kayu putih dan sekarang sepertinya berubah mencadi cinta. Aroma rose yang membangkitkan, sepertinya akan menjadi teman setiaku saat membutuhkan semangat baru. Apalagi ketika sedang mengalami writing block. Ide-ide segar akan muncul. Kertas kosong terisi. Pulpen bergoyang. Jari-jari menari dengan gemulai. Ah, aku semangat menulis kembali. Terima kasih Cap Lang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun