Toyota saat ini menjadi raja otomotif dunia. Penjualan mobil Toyota secara global di tahun 2015 mencapai 10,5 juta unit. Tahun sebelumnya, mencapai 10,2 juta unit. Di Indonesia, Toyota Indonesia menguasai pangsa pasar ekspor sekitar 90 persen. Raihan ini tidak datang begitu saja. Rahasia kunci dari keberhasilannya dibeberkan oleh petinggi Toyota Indonesia dalam acara Coverage Peluncuran Buku “Perubahan Tiada Henti, 25 Tahun perjalanan QCC Toyota Indonesia” di Gedung Kompas Gramedia, sehari sebelum perayaan kemerdekaan Indonesia ke 71.
Toyota memilih kegiatan Quality Control Circle(QCC) untuk meningkatkan kapasitas para karyawannya. Kegiatan ini sudah dimulai sejak tahun 1981. Kegiatan ini membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 7-10 orang. Setiap kelompok selalu mencari masalah untuk dipecahkan dan mencari inovasi untuk memecahkan masalah dan memperbaiki keadaan sehingga menjaga semangat perbaikan terus menerus. Melalui kegiatan ini setiap karyawan berperan dalam memperbaiki kualitas kerjanya dan kualitas produk.
Sebuah mobil Toyota dirakit dari sekian ribu komponen dan melalui beberapa tahap. Baik atau tidaknya setiap komponen akan menentukan kualitas produk akhir secara keseluruhan. Ketika dalam salah satu tahapan terdapat perakitan komponen yang kurang baik, maka tidak akan dilanjut ketahap selanjutnya. Komponen itu diperbaiki dahulu, baru dilanjutkan ketahap selanjutnya. Kesalahan-kesalahan seperti ini, akan memperlambat proses perakitan. Melalui QCC, karyawan mencari solusi dan menghindari kesalahan-kesalahan kecil, demi terjaganya kualitas dan ketepatan waktu.
Kegiatan QCC ternyata juga mampu meningkatkan efisiensi. Contoh studi kasus di salah satu kantor Toyota, tepatnya toilet wanita. Kebiasaan karyawan wanita ketika buang air, melakukan “flushing” dua kali, padahal satu kali sudah cukup. Sosialisasi mengenai penerapan ini diterapkan, hingga adanya penempelan tulisan di setiap toilet wanita untuk melakukan “flushing” satu kali. Sederhana memang, namun hasilnya kantor itu melakukan penghematan sebesar 12 juta rupiah perbulan.
Toyata Indonesia tidak hanya melakukan kegiatan QCC di perusahaannya saja, tetapi juga mulai menyebarkan ke sekolah-sekolah. Salah satunya adalah SMK di Bekasi, Jawa Barat. Contoh pemecahan masalah di kelas menggunakan QCC adalah bagaimana menurunkan tingkat kehilangan pulpen pada murid laki-laki. Melalui langkah yang ada dalam QCC akhirnya tercetus solusi yaitu setiap pulpen diberi label dan dibuat satu tempat penyimpanan pulpen di kelas. Semua pulpen dikumpulkan di satu tempat sehingga mudah ditemukan.
Toyota melakukan perubahan dengan membangun manusia dahulu sebelum membuat produk. Setiap karyawan dibentuk menjadi pemecah masalah dan pemberi solusi tiada henti. Banyak tantangan dan proses yang dilalui. Karena tidak ada kesuksesan didapatkan sesingkat membuat mie instan. Mengutip perkataan Warih A T, Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, “Ide-ide perbaikan dalam kaizen mungkin saja bukan ide-ide besar yang dapat mengubah keadaan secara drastis. Banyak ide kecil, ide sederhana yang digulirkan secara terus-menerus akhirnya dapat memberikan perubahan besar”.
Semangat tersebut patut kita tiru dan terapkan dalam setiap sendi kehidupan. Mengubah masyarakat Indonesia dari problem maker menjadi problem solver bisa menjadi kunci untuk kesuksesan Indonesia.
Bahan Tulisan:
- Kegiatan Coverage Peluncuran Buku Perubahan Tiada Henti "25 Tahun Perjalanan QCC Toyota Indonesia."
- Buku Perubahan Tiada Henti "25 Tahun Perjalanan QCC Toyota Indonesia", penulis: Joice Tauris Santi dkk, Penerbit Buku Kompas, 2016.
Bahan Gambar:
- Gambar 1. Dokumen Pribadi
- Gambar 2. en.Wikipedia.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H