Ada ungkapan, buku adalah jendela dunia. Lalu perpustakaan yang di dalamnya terdapat banyak buku, boleh tidak kalau dikatakan sebagai jendela alam semesta? Seberapa asiknya jendela alam semesta itu bagi Laskar Manggarai? Yuk ikuti wawancara singkat saya bersama Laskar Manggarai di Perpustakaan Daerah Jakarta.
Tadi siang, selesai acara Nangkring membuat bekal kreatif (KyaraBen) bersama Hokben, mampirlah saya ke Perpustakaan Daerah Jakarta yang berada tak jauh dari Plaza Festival Kuningan. Perpustakaan ini terletak di  Gedung Nyi Agung Serang lantai 7 dan 8. Dari Plaza Festival bisa jalan kaki menuju Lapangan Sepak Bola Soemantri Bodjonegoro. Lurus terus menuju lapangan tenis. Gedung Nyi Agung Serang ada di sebelah lapangan tenis.
Perpustakaan ini merupakan salah satu tempat favorit saya meminjam buku. Namun kali ini, saya tak ingin meminjam buku. Perpustakaan sedang dalam masa opname (pendataan ulang buku, apakah ada yang hilang atau bertambah buku baru). Jadi para anggota hanya bisa membaca buku di perpustakaan.
Teringat acara Ngoplah bersama ketapels seminggu lalu tentang wawancara dan reportase. Bergegaslah saya mencari inspirasi. Siapa yang akan menjadi narasumber saya?
Mengikuti jejak langkah kaki, saya berjalan menuju ruang baca anak. Terlihatlah lima orang anak sedang bermain di dalam ruangan ini. Mereka asik bermain komputer. Selain buku, di ruang baca anak ini ada fasilitas komputer. Anak-anak bisa belajar komputer dan bermain game edukatif di ruang ini.
Namun saya agak ragu-ragu untuk mewancarai anak ini. Saya pun pergi menuju ruang baca umum. Mencari inspirasi dan mencari cara bagaimana mewancarai anak-anak ini. Setelah siap, saya kembali menuju ruangan anak. Namun ternyata kelima anak itu sudah tidak ada. Mereka sudah pulang.
Narasumber pergi, wawancara gagal. Kemudian saya kembali ke ruang baca umum. Memutar otak. Apakah saya wawancara orang-orang dewasa saja? Atau mungkin wawancara pustakawan saja. Sebelum rencana itu berubah. Suara anak-anak terdengar ramai. Saya pun langsung keluar ruang baca umum dan menuju ruang baca anak.
Terdapatlah sembilan anak laki-laki disana. Saya mencoba mendekati. Kemudian mereka meminta tolong untuk dicarikan game yang biasa mereka mainkan. Saya tak tahu dimana file game itu, namun saya mencoba bantu. Setelah berhasil membantu, saya mulai bertanya tentang mereka.Â
Nama mereka, Naufal, Fadli, Ilham, Prima, Oji, Abi, Farel, Rizki dan Bimo. Mereka sebagian besar masih menginjak sekolah dasar. Hanya Naufal yang sudah masuk sekolah menengah pertama. Rumah mereka di Manggarai. Agar lebih mudah, kita sebut saja mereka Laskar Manggarai. Mungkin saja nanti di masa depan kisah mereka tak kalah hebat dengan Laskar Pelangi.
Pergi ke perpustakaan setelah berenang sudah menjadi ritual bagi mereka. Sehabis berenang, ngadem di perpus. "Kesini sih kadang-kadang, paling seminggu sekali atau dua minggu sekali. Pas hari libur" ujar mereka sahut menyahut.