[caption caption="Melewati batas garis kendaraan, menjadi hal wajar yang dilakukan pengendara sepeda motor - foto.inilah.com"][/caption]“Hei Pak, munduran! Bikin macet aja nih! Bagaimana mobil bisa lewat kalau motor kamu terlalu maju. Munduran!” seorang bapak pengendara motor menegur pengendara motor lainnya di perempatan lampu merah Seskoal.
Bapak yang ditegur menurunkan standar samping motornya. Berdiri sejenak, namun tidak jadi turun, ingat bahwa dia sedang membonceng seorang penumpang. “Ngapain sih lu berisik aja!” bapak yang ditegur, kesal.
“Nanti kalau kamu ketakbrak bagaimana?”
“Itu urusan gua! Berisik aja lu!”
Tak lama lampu merah berubah menjadi hijau. Bapak yang ditegur lebih dahulu mengendara motornya dengan laju. Saya yang melihat kejadian itu cukup kesal dengan kelakuan bapak tersebut. Sudah diingatkan bukannya minta maaf, ini malah marah-marah.
Kejadian itu terjadi sebulan yang lalu. Namun kejadian itu masih teringat hingga sekarang. Sepertinya belum bisa melupakan hingga saya menuliskannya.
Sadar atau Tidak
Sadar atau tidak, banyak pengendara motor yang seringkali melebihi batas garis kendaraan yang ada di lampu lalu lintas. Seringkali, orang yang ingin menyebrang kesulitan karena pengendara motor tersebut. Seringkali pula saya lihat ada pengendara motor yang tidak sabaran melaju saat lampu lalu lintas berwarna merah. Pada kejadian ini biasanya orang yang kesal melihat ulah pengendara tersebut, tidak hanya menekan klaksonnya, tetapi juga menekan suaranya dan berkata “An***g , Ba** , Mo***t, Se**n , dan sebagainya”.
Pengendara-pengendara ngawur tersebut akan tertib ketika ada polisi. Mereka takut ditilang. Saya teringat kartun di Harian Kompas “Orang seperti mereka itu lebih takut kalau Polisi mengambil SIM dan STNK nya dari pada Malaikat Izrail yang mengambil nyawanya”.
Refleksi Diri
Kalau boleh jujur, saya terkadang juga suka bandel menerobos lampu merah. Namun saya tak pernah berani jika situasi jalanan sedang ramai. Saya hanya berani jika situasi jalanan sepi. Hal ini seringkali saya benarkan, karena toh akan aman-aman saja jika saya menerobos lampu merah saat sepi. Pemikiran yang salah ini mungkin juga pernah menghinggapi teman-teman sekalian. Padahal jika kita tertib aturan, ketika lampu merah kita harus berhenti, ketika lampu hijau kita jalan.