Dalam Serat Wedhatama, ilmu pengetahuan dianggap sebagai pilar utama kepemimpinan. Pemimpin harus terus belajar, membuka wawasan, dan memahami kondisi rakyatnya. Pendidikan bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk membangun masyarakat yang cerdas dan berbudaya.
- Pasrah kepada Tuhan
   Dalam Pupuh Gambuh, Mangkunegara IV mengajarkan sikap pasrah kepada Tuhan setelah melakukan segala usaha. Seorang pemimpin harus menyadari bahwa kekuasaannya hanyalah titipan dari Yang Maha Kuasa. Dengan pasrah, pemimpin akan terhindar dari kesombongan dan merasa lebih bertanggung jawab atas amanah yang diembannya.
Nilai-nilai yang tertuang dalam Serat Wedhatama tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga mencerminkan gaya kepemimpinan Mangkunegara IV selama memerintah Mangkunegaran (1853--1881). Kebijaksanaan dalam Diplomasi: Ia mampu menjaga hubungan baik dengan Belanda tanpa mengorbankan otonomi Mangkunegaran. Pengelolaan Ekonomi yang Mandiri: Ia mendirikan industri gula dan mengelola perkebunan secara efisien, menunjukkan kemampuan pengelolaan yang bijak. Pelindung Seni dan Budaya: Ia menjaga tradisi Jawa, menunjukkan bahwa pemimpin yang baik adalah yang melestarikan warisan budaya untuk rakyatnya.
Prinsip-prinsip nilai kepemimpinan dalam Serat Wedhatama akan tetap relevan di era modern. Misalnya saja dalam hal Etika dan Moral dalam Politik, dimana pemimpin yang beretika akan dihormati dan dipercaya rakyatnya. Kemudian seorang Pemimpin yang terus belajar mampu menghadapi tantangan zaman dengan inovasi mencerminkan prinsip pendidikan dan kecerdasan pemimpin. Adanya Kesadaran Spiritual dalam diri Pemimpin akan memiliki nilai spiritual cenderung lebih tulus dan bertanggung jawab. Serat Wedhatama karya Mangkunegara IV tidak hanya menjadi pedoman spiritual dan moral bagi masyarakat Jawa, tetapi juga pedoman bagi pemimpin untuk menjalankan tugasnya dengan budi pekerti luhur, kebijaksanaan, dan pengabdian kepada rakyat. Dengan ajaran yang mendalam, Mangkunegara IV menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang melayani, bukan sekadar memerintah.
Kategori Kepemimpinan "Raos Gesang" (menguasai rasa hidup) Mangkunegaran IV
Kategori Kepemimpinan "Raos Gesang" yang dirumuskan Mangkunegara IV menunjukkan kedalaman filosofi dan panduan praktis untuk seorang pemimpin agar mampu menjalankan tugasnya dengan kesadaran penuh terhadap kehidupan dan tanggung jawabnya. Raos Gersang terdiri dari empat bagian, yaitu:
Bisa Rumangsa, Ojo Rumangsa Bisa
Prinsip ini menekankan pentingnya seorang pemimpin memiliki kesadaran diri dan empati. Bisa rumangsa berarti seorang pemimpin harus memiliki kepekaan untuk memahami situasi, kebutuhan, dan perasaan orang lain. Ia mampu merasakan dan berempati kepada rakyatnya. Ojo rumangsa bisa adalah peringatan agar pemimpin tidak sombong dan merasa dirinya paling mampu atau mengetahui segalanya. Sikap rendah hati ini membantu pemimpin tetap terbuka terhadap masukan dan kritik dari orang lain. Intinya seorang pemimpin yang baik adalah yang peka dan mau belajar dari lingkungannya, bukan pemimpin merasa dirinya paling hebat.
Angrasa Wani
Dalam prinsip ini, keberanian menjadi salah satu kunci kepemimpinan. Angrasa Wani mengajarkan bahwa pemimpin harus berani mengambil tindakan meskipun penuh risiko, mencoba hal-hal baru dan inovatif demi kemajuan, menghadapi masalah atau tantangan dengan tegas tanpa rasa takut. Keberanian yang dimaksud tidak bersifat gegabah, melainkan keberanian yang didasari oleh kebijaksanaan dan perhitungan matang. Seorang pemimpin harus memiliki visi dan tidak takut menghadapi kritik atau kegagalan.