Mangkunegara IV meninggal pada 2 September 1881, tetapi visi dan nilai-nilainya tetap hidup dalam sejarah Mangkunegaran dan budaya Jawa hingga saat ini. Kepemimpinan Mangkunegara IV mencerminkan integrasi antara tradisi dan inovasi, menunjukkan bagaimana seorang pemimpin lokal mampu menghadapi tantangan zaman dengan kebijakan yang relevan dan bijaksana. Selama hampir tiga dekade pemerintahannya, beliau membawa kemajuan besar bagi Mangkunegaran dan meninggalkan warisan yang berharga, diantaranya:
- Karya Sastra: Serat Wedhatama dan Serat Wulangreh menjadi pedoman moral yang masih relevan hingga kini.
- Pengembangan Ekonomi: Sistem perkebunan dan industri gula yang ia kembangkan menjadi contoh pengelolaan ekonomi mandiri.
- Kebudayaan Jawa: Tradisi seni dan budaya yang dilestarikan di era Mangkunegara IV tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya Jawa.
- Inspirasi Kepemimpinan: Gaya kepemimpinannya yang inovatif dan visioner menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.
Sebagai seseorang yang memiliki pengaruh dan andil dalam dunia sastra Jawa, Mangkunegara IV telah membuat dua karya yang sekarang telah menjadi warisan budaya, salah satunya ialah Serat Wedhatama. Serat Wedhatama adalah salah satu karya sastra monumental dan dianggap sebagai mahakarya dalam sastra Jawa karena menggambarkan kedalaman pemikiran filsafat, etika, dan spiritualitas yang tinggi. Ditulis pada abad ke-19, karya ini merefleksikan pandangan Mangkunegara IV tentang kehidupan, nilai moral, serta kebijaksanaan yang diharapkan dimiliki oleh seorang pemimpin dan individu dalam masyarakat Jawa.
Kata Wedhatama berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa Kuno. Wedha yang berarti ajaran atau ilmu pengetahuan, serta Tama yang berarti utama atau mulia. Secara harfiah, Wedhatama berarti "ajaran yang utama." Serat ini bertujuan memberikan pedoman bagi siapa saja yang ingin menjalani kehidupan dengan bijaksana, luhur, dan bermoral tinggi. Serat Wedhatama terdiri dari empat pupuh (bentuk tembang macapat) yang masing-masing memiliki karakteristik, pesan, dan fungsi yang berbeda:
- Pupuh Pangkur : Mengajarkan pentingnya meninggalkan kesenangan duniawi yang bersifat fana untuk mencapai kebijaksanaan dan kedalaman spiritual. Menekankan perlunya pengendalian hawa nafsu dan fokus pada pengetahuan serta kebijaksanaan.
- Pupuh Sinom : Berisi nasihat tentang pentingnya pendidikan moral sejak dini. Menekankan peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya untuk hidup berbudi pekerti luhur.
- Pupuh Pucung : Menggambarkan kehidupan manusia yang penuh tantangan dan godaan. Memberikan pengajaran tentang pentingnya kesabaran dan keteguhan hati dalam menghadapi ujian hidup.
- Pupuh Gambuh : Menguraikan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Menekankan pentingnya ikhlas, pasrah, dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa untuk mencapai kedamaian sejati.
- Pupuh Kinanti : Menjelaskan  tentang  ajaran  atau  konsep  tentang  bagaimana manusia mencapai kesempurnaan hidup
Serat Wedhatama karya Mangkunegara IV tidak hanya menjadi pedoman spiritual dan moral, tetapi juga mencerminkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang luhur. Melalui ajarannya, Mangkunegara IV memberikan gambaran tentang bagaimana seorang pemimpin seharusnya bersikap dan menjalankan tanggung jawabnya dengan bijaksana. Nilai-nilai kepemimpinan dalam Serat Wedhatama dapat diterapkan tidak hanya pada masa itu, tetapi juga pada masa sekarang. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan dalam Serat Wedhatama bisa berupa:
- Penguasaan Diri (Pengendalian Hawa Nafsu)
   Dalam Pupuh Pangkur, Mangkunegara IV mengajarkan pentingnya seorang pemimpin memiliki kendali atas dirinya sendiri, terutama terhadap hawa nafsu duniawi seperti kekuasaan, keserakahan, dan amarah. Pemimpin yang baik harus memiliki jiwa yang tenang, tidak mudah terpengaruh oleh godaan materi atau tekanan emosi. Dengan penguasaan diri, seorang pemimpin mampu membuat keputusan yang bijaksana dan tidak egois. "Ngelmu iku kalakone kanthi laku" (Ilmu atau kebijaksanaan hanya dapat dicapai melalui usaha dan pengendalian diri)
- Budi Pekerti Luhur
   Serat Wedhatama menekankan bahwa seorang pemimpin harus berbudi pekerti luhur. Pemimpin yang memiliki etika tinggi akan dihormati oleh rakyatnya. Dalam Pupuh Sinom, Mangkunegara IV menekankan pentingnya pendidikan moral sejak dini, yang menjadi dasar bagi pemimpin dalam menjalankan tugasnya dengan adil dan bijaksana.
- Keseimbangan Duniawi dan Spiritual
   Dalam Pupuh Gambuh, Mangkunegara IV menyampaikan bahwa seorang pemimpin harus mampu menyeimbangkan antara tanggung jawab duniawi dan hubungan spiritual dengan Tuhan. Pemimpin yang memiliki hubungan kuat dengan Tuhan akan memiliki hati yang ikhlas dan pikiran yang jernih dalam menghadapi berbagai persoalan.
- Keteladanan (Nitik Tirta Ing Arus)
   Seorang pemimpin yang baik harus menjadi teladan bagi rakyatnya. Dalam ajaran Mangkunegara IV, seorang pemimpin digambarkan seperti air mengalir yang membawa manfaat, tidak mendominasi, namun menjadi pengayom. Kepemimpinan bukanlah tentang kekuasaan, tetapi tentang pengabdian kepada rakyat. Pemimpin sejati harus menunjukkan sikap rendah hati, sabar, dan tidak sombong.
- Kebijaksanaan dalam Mengambil Keputusan
   Dalam Pupuh Pucung, Mangkunegara IV mengingatkan pentingnya bersikap bijaksana dan mempertimbangkan segala aspek sebelum membuat keputusan. Pemimpin yang bijaksana adalah yang mampu melihat jauh ke depan, memperhitungkan dampak dari setiap tindakannya bagi rakyat dan negaranya.
- Mengutamakan Pendidikan dan Pengetahuan