Patut disayangkan ketika potensi anak-anak yang seharusnya bisa berkembang terbuang begitu saja, terutama di sekolah. Banyak anak dengan masalah sosial, emosional dan perilaku di sekolah yang tidak dipahami dengan baik. Guru-guru merasa frustasi dan stres karena mereka tidak mendapatkan dukungan yang cukup untuk menangani anak-anak ini. Akibatnya, banyak guru yang memutuskan untuk meninggalkan profesi mereka dalam empat tahun pertama dan masalah perilaku siswa menjadi salah satu penyebab utama. Sementara itu, orang tua merasa anak mereka disalahpahami dan diperlakukan tidak adil tapi mereka merasa tidak berdaya untuk memperbaikinya.
Metode disiplin yang ada sekarang, seperti kebijakan zero-tolerance ternyata tidak berhasil. Kebijakan ini justru memperburuk masalah perilaku anak dan meningkatkan angka putus sekolah. Meskipun begitu, banyak sekolah tetap menggunakan cara-cara keras seperti menghukum fisik, mengasingkan anak ke ruang BP atau kepala sekolah dan mengeluarkan siswa. Di balik semua ini, ada banyak orang---anak, guru, orang tua---yang berusaha melakukan yang terbaik dengan cara yang salah. Oleh karena itu, perubahan besar diperlukan untuk memperbaiki keadaan ini.
Anak-anak ingin bisa beradaptasi dengan tuntutan sosial dan emosional di sekolah, tetapi sering kali merasa tidak ada orang dewasa yang tahu cara membantu mereka. Walaupun mereka peduli, banyak guru yang tidak tahu cara efektif untuk menangani anak-anak bermasalah karena mereka tidak dilatih untuk itu dan sering kali merasa kekurangan waktu. Sementara itu, orang tua ingin bekerja sama dengan sekolah, tetapi sering merasa bingung tentang bagaimana caranya.
Solusi kolaboratif dan proaktif yang berfokus pada cara yang lebih positif dan bekerja sama antara guru, orang tua dan anak untuk membantu anak-anak dengan perilaku menantang. Ini bukan tentang menghukum anak tapi lebih tentang memahami masalah mereka dan mencari solusi bersama. Ada tiga hal besar yang perlu diubah: pertama, kita harus memahami lebih dalam penyebab perilaku bermasalah; kedua, kita harus memiliki cara yang lebih proaktif dan bekerja sama, bukan reaktif; dan ketiga, kita perlu menciptakan cara-cara baru untuk menyelesaikan masalah bersama-sama antara anak-anak dan orang dewasa. Dengan cara yang lebih terbuka, kreatif dan berbasis pemahaman terhadap kebutuhan sosial-emosional anak, diharapkan masalah ini bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik.
Disarikan dari Buku: Lost at School karya Ross W. Greene, P.Hd.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI