Mohon tunggu...
ekafolks
ekafolks Mohon Tunggu... Freelancer - amorfati

Sekali berarti sudah itu mati.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Palu Arit Hanya Pura-pura Bela Buruh Tani!

17 November 2017   10:25 Diperbarui: 17 November 2017   10:56 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lev B. Kamenev selepas Kontra-revolusi Oktober 1917, orang-orang Bolshewik melaksanakan kebijakan mencekik ekonomi petani dengan meregulasi tata-niaga hasil bumi, melarang penjualan bebas hasil panen, kerja paksa dan seterusnya. Di pertengahan 1918 mereka melakukan operasi militer langsung ke desa dengan artileri, kendaraan lapis baja dan bahkan pesawat udara. Mereka menamakan operasi itu "konsolidasi struktur sosialisme di pedesaan," peristilahan lain untuk perampokan terhadap petani dan pembungkaman keluhan petani itu.

Petani yang disebut kulak, pada mulanya melawan tapi tentu saja tak kuat. Kelaparan merajalela. Partai bersikap sangat sengit terhadap petani dan orang paling puncak, Lenin, menyerukan "lebih baik mati" dari pada mengizinkan petani menjual bebas hasil panen gandumnya. Teriakannya, "Perangi habis petani kulak! Mampuslah kalian!" Dia perintahkan menghabisi mereka dan para pendeta, lalu memenjarakan mereka di kamp konsentrasi sehingga mereka "makin dekat ke liang kubur."

Menurut laporan dari provinsi Tambov, penduduk dari distrik Usmansk, Lipetsk, Kozlovsk dan Borisoglebsk sudah sampai makan "rumput liar dan ranting kayu." Kelaparan disusul kematian. Komisar Kepala Sergei Kamenev, Oktober 1920, melaporkan bahwa petani lapar di provinsi Voronezh dan Saratov mengemis-ngemis minta beberapa genggam gandum di gudang pemerintah. Kemudian supaya tidak jadi persoalan berlanjut-lanjut, seringkali, begitu tulis Kamenev, "rombongan petani itu disapu dengan senapan mesin."

Dua windu kemudian Kamenev disapu partai. Dengan tuduhan ini-itu dia ditembak mati, dalam usia 53 tahun (1936).

Di negara bukan sosialis-komunis, citra Palu Arit yang selalu ditonjol-tonjolkan adalah citra pembela kaum buruh dan tani. Tetapi, begitu perebutan kekuasaan di sebuah negara berhasil, apakah Palu Arit akan tetap bersemangat membela buruh dan tani? TIDAK BUNG, JAUH PANGGANG DARI API! Buktinya adalah seperti dalam kisah Kamenev di atas tentang nasib petani Russia itu, yang berlaku juga di tempat lain.

Kemudian bagaimana nasib kaum buruh? Sedih sekali, sedih. Di Uni Soviet kaum buruh TIDAK BEBAS BERSERIKAT, DIHARAMKAN MOGOK KERJA. Sungguh tidak masuk akal sehat. Buruh diurus oleh birokrat kementrian. Walhasil, buruh dan tani di negara non sosialis non komunis, cuma dieksploatir saja oleh Palu Arit setempat, sampai perebutan kekuasaan atau kudeta berhasil.

Bagi Marxis-Leninis mangkir janji, bohong, tidak jadi soal, kerena tujuan menghalalkan segala cara. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun