Mohon tunggu...
Falyas Taslim
Falyas Taslim Mohon Tunggu... Lainnya - Time traveler

Tentang Pulau Wawonii

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepenggal Sejarah dan Adat di Pulau Wawonii

22 Juni 2014   02:34 Diperbarui: 2 Maret 2024   06:07 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalapaeya (Sumber; koleksi pribadi Pirkan, 2003)

Nama Wawonii

Pulau Wawonii, bisa jadi masih sangat asing didengar. Pulau Wawonii, jika dilihat pada Peta Sulawesi Tenggara sangat mudah untuk ditemukan karena bentuknya yang sedikit mirip dengan bentuk hati. 

Beberapa artikel yang beredar di internet menuliskan kata Wawonii bermakna DI ATAS KELAPA. Dengan persepsi bahwa sudah sewajarnya diartikan sedemikian sebab Pulau Wawonii terdapat banyak pohon kelapa. Menurut saya, ini adalah pernyataan yang rancu, mengingat pohon kelapa di Pulau Wawonii dulunya tidak sebanyak seperti seratus tahun yang lalu. Terlebih jika diceritakan tentang orang dari seberang pulau yang katanya melihat pulau ini dari atas pohon kelapa lalu menyebut pulau ini dengan nama wawonii. Jika demikian maka bukan hanya pulau ini saja yang akan disebut wawonii, sebab pohon kelapa sudah pasti menjadi buah khas pesisir pantai.

Dalam Bahasa Wawonii "WAWO" artinya "atas" atau "tempat yang tinggi/yang dianggap tinggi". Sedangkan "NII" artinya "Kelapa".

"WAWONII" adalah Nama Raja I di Tangkombuno yang berpusat di Wilayah Timur Pulau Wawonii. Sangat sulit untuk menemukan bukti dari sisa-sisa kerajaan tersebut. Tidak sedikit turis & ahli sejarah yang datang ke Pulau Wawonii untuk mencari bukti dari kerajaan tersebut, tapi hasilnya nihil. Beberapa Masyarakat yang awalnya sudah pernah berkunjung atau sekedar melewati area perkampungan tersebut, sempat tidak menemukan kembali lokasinya saat mereka kemudian berupaya untuk mengantar orang lain (tamu) untuk melihatnya. Salah satu keluarga saya mengatakan "Sekuat apapun usaha orang mencari tempat yang ingin dia cari, jika tidak ada izin dan tidak bersama orang yang tepat maka perjalanannya akan sia-sia" .

Pemukiman Kuno Orang Wawonii

Beberapa artikel menyebutkan bahwa penduduk asli Pulau Wawonii adalah Suku Torete. Tapi apakah benar demikian? Sejarah Kerajaan yang diceritakan oleh Almarhumah Wahinda (Cucu dari Raja Mbeoga) menyebutkan bahwa memang benar bahwa selain orang Tangkombuno, ada juga orang-orang yang tinggal di Gunung Waworete yang dikenal dengan sebutan orang torete. Dalam bahasa Wawonii "TO" bermakna "orang/masyarakat" sedangkan "RETE" bermakna "Rata/Sama". Sedangkan menurut Pak Supian Bin H. Muh. Mahdy (Turunan Wawonii, Rahimahullah) menyebutkan bahwa makna dari "TORETE" adalah orang-orang yang disamakan kedudukannya. Setelah Raja Wawonii digantikan oleh anaknya Mokole Sangia Lungku (seorang putri) pada masa itulah penduduk asli Pulau Wawonii terbagi menjadi 2, yakni orang-orang yang tinggal di pemukiman kuno Watuntinapi dan orang-orang yang tinggal di gunung waworete yang sampai saat ini kita kenal dengan orang-orang torete. Jadi tidaklah benar bahwa hanya orang-orang torete saja penduduk asli Pulau Wawonii yaa!

Sayangnya, orang-orang torete tidak mampu bertahan di pemukimannya, mereka kemudian tersebar ke berbagai daerah karena terserang wabah penyakit kulit yang disebabkan oleh munculnya serangan siput putih (wiwia bula) dan serangan ikan bermulut runcing (ikan sori). Ceritanya memang sulit dipercaya, Tapi seperti itulah sejarah dari nenek moyang to wawonii yang menetap di wilayah Tangkombuno (Laa Wawonii). Dikisahkan bahwa orang-orang torete awalnya bermukim di Watuntinapi, namun karena satu alasan akhirnya mereka diperintahkan oleh Mokole Sangia Lungku untuk bermukim di gunung Waworete dengan pernyataan Mokole bahwa orang-orang yang tinggal di gunung waworete tidaklah lebih tinggi kedudukannya dengan orang-orang yang tinggal di tangkombuno/watuntinapi. Jadi dapat dikatakan bahwa orang torete adalah orang yang sama derajatnya dengan orang tangkombuno (sama-sama mokole).

Bismillahi, satu cerita dari salah satu teman bapak saya saat bertugas di Konawe Utara, Bapak Syukur menceritakan bahwa neneknya adalah keturunan torete di Pulau Wawonii. Neneknya juga bercerita terkait nenek moyangnya di Gunung waworete yang terkena serangan ikan sori dan wiwia bula. Saking takutnya mereka mendapati bencana itu, sampai-sampai mereka lari meninggalkan Pulau Wawonii. Wallahua'lam.

Beberapa tahun lalu, Saya dan ibu saya pun sempat berbincang-bincang dengan seorang ibu yang katanya tinggal di desa Dimba (entah itu Dimba, Mata Dimba atau Puurau). Ibu tersebut awalnya bercerita tentang kemenakannya yang pandai berbahasa inggris dan sedang bersama para turis di kapal ferry yang sama-sama kami tumpangi kala itu. Kata si ibu, mereka akan pergi ke gunung waworete untuk memotret burung. Beliau dengan tegasnya mengatakan bahwa nenek moyangnya adalah orang torete, dan itu sudah aslinya penduduk Wawonii. Mereka punya perkampungan di gunung waworete dan menurut keyakinannya hanya keturunan torete saja yang bisa menemukan perkampungan tersebut. Selain itu, beliau sempat menyebutkan bahwa dulunya mereka dipimpin oleh seorang putri. Namun saat saya mempertanyakan siapa nama raja/pemimpinnya, beliau sama sekali tidak mengetahui nama seorang putri yang menjadi raja mereka.

Jejak Adat dan Budaya Asli Wawonii

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun