Mohon tunggu...
Inovasi

Penyelesaian Masalah Sampah Terintegrasi dan Krisis Energi

15 April 2018   08:29 Diperbarui: 15 April 2018   09:42 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam suatu negara yang berkembang, pertambahan penduduk menjadi suatu masalah serius yang harus ditindak dengan bijaksana. Seiring bertambahnya penduduk wilayah bebas yang dimiliki akan semakin menyempit. Produksi sampah yang dihasilkan di lain sisi akan bertambah banyak seiring bertambahnya penduduk. Sampah yang dihasilkan membutuhkan tempat untuk disimpan, dan membutuhkan waktu dalam proses menghilangkannya.

Hal lain yang menjadi masalah penting dalam negara berkembang merupakan masalah krisis energy. Setelah bertahun-tahun kita konsisten menggunakan energy dalam bumi (minyak bumi), persediaanya kini sudah menipis, dan terus menipis. Masalah yang cukup marak dibicarakan belakangan ini, merupakan dicarinya sumber energy alternative. Hal tersebut dilakukan untuk menanggulangi masalah krisis energy tersebut.

Suatu objek dapat dikatakan sampah jika objek tersebut dianggap tidak memiliki nilai guna lagi untuk orang yang bersangkutan. Sampah bagi sebagian orang bisa jadi harta bagi orang lain. Seiring berkembangnya teknologi, sampah dapat menjadi barang yang berguna. Hal ini perlu dikaji, dan lebih diperhatikan, karena dapat menyelesaikan dua masalah dengan satu solusi.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dapat dilihat dengan jelas dari table tersebut bahwa jumlah produksi sampah mengalami kenaikan yang cukup signifikan per tahunnya. Hal itu dibabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama merupakan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang termasuk negara berkembang cukup pesat. Perkembangan gaya hidup masyarakat juga menjadi suatu faktor yang mengakibatkan peningkatan produksi sampah secara pesat.

Hal ini harus ditanggapi dengan serius, karena sampah membutuhkan lahan. Untuk mengatasi masalah sampah, pandangan masyarakat terhadap sampah harus diubah. Sampah yang dulu merupakan barang yang tidak berguna, tidak sepenuhnya benar. Dengan perkembangan teknologi, Sampah bisa dijadikan salah satu sumber energy alternatif.

Dengan lebih fokus akan perkembangan teknologi tersebut, kita dapat menggunakan prinsip 4R, yaitu:

  • Reduce; mengurangi jumlah sampah yang ada, membebaskan lahan yang tadinya dipakai penyimpanan sampah.
  • Reuse; Sampah belum tentu tidak berguna sepenuhnya, terkadang ada objek yang masih memiliki daya guna, tetapi sudah dibuang.
  • Recycle; Sebisa mungkin sampah yang ada di daur ulang, sehingga dapat menjadi barang yang berguna lagi
  • Replace; Memanfaatkan sampah sebagai sumber tenaga alternatif dapat menggantikan atau meminimalkan penggunaan energy dalam bumi yang terus berkurang.

 Salah satu negara yang sudah sangat gencar menggunakan teknologi PLTSa(pembangkit listrik tenaga sampah) adalah Swedia. Ditunjang dengan system pembuangan sampah yang efektif, dan warganya yang tertib, teknologi tersebut dapat berjalan dengan lancar. Pada tahun 2014 Swedia meng impor sampah sebanyak 8000 ton untuk tetap menjalankan PLTSa mereka.

Masalah yang ditimbulkan sampah mungkin memang belum begitu terasa sekarang, tetapi bila dibiarkan, akan menjadi masalah besar yang tak terselesaikan. Lahan yang kita miliki sekarang mungkin masih mencukupi, tetapi di sisi lain lahan yang kita miliki terus berkurang termakan lahan yang harus disediakan untuk sampah.

 Seiring berkembangnya teknologi, sampah dapat dikonversi menjadi energy. Teknologi yang sudah ada sekarang salah satunya yaitu pembangkit lstrik tenaga sampah. Pola pikir masyarakat dalammengelola sampah harus diubah terlebih dahulu, dengan cara-cara inovatif sampah bukanlah barang yang sepenuhnya tidak berguna. Hal tersebut dapat menyelesaikan dua masalah dengan satu solusi yang cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun