Mohon tunggu...
Zahwa Yasmina Fajri
Zahwa Yasmina Fajri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Teruslah belajar dan kejar cita cita.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tips Hidup Tenang dengan Penerapan Filosofi Kuno-Bagaimana kah?

13 Desember 2024   13:47 Diperbarui: 13 Desember 2024   13:45 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Stoikisme, Stoisisme, atau Stoik adalah sebuah ajaran filsafat Yunani-Romawi kuno yang didirikan oleh Zeno. Filosofi ini berakar pada prinsip hidup sederhana, mengendalikan emosi, dan menemukan ketenangan batin. Stoikisme menekankan cara mencapai kebahagiaan melalui pengendalian diri seseorang dengan cara fokus terhadap hal-hal yang berada di bawah kendali dan tidak memusingkan hal-hal di luar kendali. Hal-hal di bawah kendali di sini berarti semua hal yang dapat kita kontrol, dan hal-hal di luar kendali kita adalah semua hal yang tidak dapat kita kontrol. Stoikisme mengajarkan kita mengenai ketenangan, berfikir logis, dan tidak reaktif dengan  semua hal yang menghabiskan energi. Selain itu,  ajaran yang dikenalkan oleh para filsuf Romawi seperti Saneca dan Marcus Aurelius ini juga merupakan salah satu metode untuk melatih seseorang dalam meregulasi emosi, hal ini karena stoikisme selalu mengedepankan kebijaksanaan yang mendatangkan ketenangan.  

Menurut Henry Manampiring di dalam bukunya yang berjudul Filosofi Teras, terdapat beberapa hal-hal yang berada di bawah kendali kita seperti pertimbangan (judgement) opini, atau persepsi kita, keinginan kita, tujuan kita, dan segala sesuatu yang kita pikirkan dan kita kerjakan. Sedangkan ada hal-hal di luar kendali kita yaitu opini atau penilaian orang lain, kekayaan kita, kesehatan kita, kondisi sejak lahir (warna kulit, jenis kelamin, suku, orang tua, dan lain-lain). Daripada sibuk memikirkan penilaian orang lain terhadap kita, lebih baik gunakan tenaga dan waktu untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik, karena itulah yang berada dalam kuasa kita. Walaupun kekayaan dan kesehatan dapat kita usahakan sendiri, namun menurut buku tersebut tidak ada jaminan jika hal tersebut tidak akan berkurang bahkan hilang dari kita. Dengan fokus terhadap hal-hal yang dapat kita kontrol, maka kita tidak akan pusing, gelisah, bahkan marah terhadap perbuatan orang lain yang mungkin tidak sengaja menyinggung kita.  

Dalam stokisme terdapat istilah "Prameditatio Malorum"  atau Negative Visualization yang merupakan praktik mengontemplasikan keburukan yang dilakukan oleh Saneca, di sini berarti seseorang memikirkan sekaligus membayangkan kemungkinan terburuk yang terjadi pada fase-fase di hidupnya. Tidak berhenti di situ saja, setelah membayangkan kemungkinan buruk yang terjadi, seseorang juga memikirkan Solusi terhadap kemungkinan- kemungkinan buruk tersebut. Tujuan dari Prameditatio Malorum sendiri adalah agar seseorang siap mental untuk menghadapi hal-hal buruk yang kemungkinan menimpa, mengingat bahwasnnya dunia tidak selalu berpihak dengan rencana kita. Dengan begitu, seseorang akan tetap tenang secara emosional dan mental karena telah memiliki solusi.

Beberapa orang mungkin kesulitan untuk melakukan Langkah awal dalam mengamalkan stoikisme. Namun, tidak perlu khawatir, ada beberapa tips untuk memulainya. Pertama, bedakan mana hal-hal yang di dalam kendali kita dan mana hal- hal yang bukan kendali kita, ketika kita tahu bahwasannya sesuatu tersebut bukan kuasa kita, maka kita tidak perlu cemas secara berlebih. Kedua, biasakan diri untuk selalu tenang, kita harus bisa mengendalikan emosi di segala situasi, jangan sampai emosi yang mengendalikan diri kita. Ketiga, menerapkan  Prameditatio Malorum atau Negative Visualization, dengan memperiapkan Solusi dari kemungkinan terburuk, maka itu akan membuat kita lebih tangguh dan tenang. Keempat, menerima hal-hal yang tidak bisa kendalikan, contoh singkatnya adalah emosi orang lain, termasuk kata dan perbuatan mereka, karena yang bisa kita lakukan adalah menentukan respons kita terhadap perilaku orang lain tersebut, jangan sampai emosi kita terpancing sehingga membuat suasana semakin mengeruh. Kelima, mulailah menulis atau jurnaling di pagi hari mengenai hal yang ingin kamu capai dan bagaimana kamu akan mengatasi tantangan, lalu refleksikan di malam hari untuk mengevaluasi apa yang telah kamu jalani. Keenam, dengan menerima takdir dan selalu bersyukur, jika sekiranya kita sudah semaksimal mungkin dalam melakukan sesuatu, namun hasilnya tidak sesuai dengan keinginan kita, maka ada waktunya untuk beristirahat sejenak. Terakhir, jangan pernah menaruh kebahagiaan kepada hal-hal yang tidak berada di dalam kendalimu, sekalipun hal tersebut membuatmu bahagia, kebahagiaan tersebut hanyalah bersifat sementara, maka ciptakan kebahagiaan melalui hal-hal yang dapat kita kontrol.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun