Mohon tunggu...
Wawar
Wawar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bulan Ramadan dan Mahasiswa

18 Mei 2018   23:06 Diperbarui: 19 Mei 2018   10:18 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Implikasi dari perbedaan waktu antara sistem penanggalan Hijriah dan penanggalan Masehi adalah waktu awal puasa di bulan Ramadhan tidak pernah jatuh pada tanggal yang sama dalam penanggalan Masehi. Perbedaan tersebut menyebabkan waktu awal puasa di bulan Ramadhan lebih cepat sekitar 11 hari dibanding tahun sebelumnya. 

Tidak hanya bulan Ramadhan, akumulasi perbedaan waktu tersebut berlaku juga untuk hari-hari raya Islam lainnya seperti hari raya haji dimana jemaah haji terkadang menjalani ibadah haji di musim panas yang terik dan kadang di musim dingin yang menggigil. Khususnya di bulan Ramadhan tahun ini, umat muslim di belahan bumi bagian utara punya tantangan tersendiri dibanding saudara-saudara seiman mereka di belahan bumi bagian khatulistiwa dan di bagian selatan. 

Hal tersebut disebabkan bulan Ramadhan beririsan dengan akhir musim semi dan waktu awal musim panas dimana siang lebih panjang dari pada malam. Akan tetapi masih cukup beruntung dibanding tahun lalu dimana salah satu hari puasa Ramadhan yang dijalani (21 Juni 2017) bertepatan dengan Summer Solstice yang merupakan hari dengan siang terpanjang dibanding hari-hari lainnya yakni durasi puasa dari imsak hingga berbuka dapat mencapai 20 jam untuk beberapa negara tertentu.

Salah satu fakta yang unik lainnya dalam bulan Ramadhan adalah tentang perilaku ekonomi masyarakat. Diri yang awam ini kadang bermakrifat bahwa di bulan Ramadhan adalah bulan dengan tingkat perilaku ekonomi yang kecil dikarenakan di bulan tersebut adalah masa dimana umat muslim yang merupakan mayoritas bangsa Indonesia dilatih untuk bersabar dan mengendalikan hawa nafsu termasuk untuk tingkat konsumsi.

 Sebaliknya, realita yang terjadi, tingkat konsumerisme masyarakat malah semakin meningkat tidak hanya kebutuhan primer seperti makan dan minum tetapi juga kebutuhan yang bersifat sekunder misalnya banyak orang yang merenovasi rumah, mengganti karpet, gorden, mebel, dan bahkan kendaraan. Hal ini mempengaruhi umat muslim yang bergerak di dunia usaha maupun dunia industri utamanya yang bersifat swasta dimana mereka menghadapi tingkat permintaan yang sangat tinggi. 

Di satu sisi, bulan Ramadhan mesti dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan ibadah namun di sisi lainnya mereka terdorong untuk menghadapi tingkat permintaan barang dan jasa dengan pelayanan prima terhadap konsumen.

Dalam dunia pendidikan di perguruan tinggi, layaknya beberapa tahun terakhir, pada tahun ini bulan Ramadhan bertepatan dengan saat-saat terakhir semester genap di sebagian besar perguruan tinggi. Waktu kulminasi tersebut merupakan tantangan tersendiri dikarenakan kadangkala dijumpai perkuliahan dipadatkan untuk pencapaian target kurikulum, tugas akhir mata kuliah yang mesti diselesaikan, dan ujian akhir semester. Belum lagi, hasrat atau keinginan untuk menjalani puasa bersama keluarga utamanya mahasiswa perantauan yang mesti bersabar menunggu saat semester berakhir. 

Mahasiswa mesti pandai dalam membagi waktu agar tetap efektif melaksanakan tuntutan akademiknya, "bet their best" mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya hingga semester berakhir namun tidak mengesampingkan kegiatan-kegiatan amaliah Ramadhan. 

Mereka tentunya tidak ingin menyia-nyiakan "tamu agung" sekali dalam setahun untuk mendapatkan rahmat dan ampunan Allah yang Maha Kuasa sekaligus menghindari momen berlebaran bersama keluarga yang sedikit "dirusak" dengan nilai-nilai mata kuliah yang kurang memuaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun