Mohon tunggu...
Wawan Susetya
Wawan Susetya Mohon Tunggu... -

saya,wawan susetya, mencurahkan perhatian secara penuh ke dalam penulisan buku. alhamdulillah sampai sekarang sudah 65-an buku saya, dengan genre agama (islam), budaya, dan novel terutama berbasis sejarah atau cerita rakyat dan pewayangan. pernah sih menjadi wartawan di kota malang selama 4 tahun dan dosen di univeristas muhammadiyah malang (umm) dan stikma internasional malang serta pernah pula terjun ke dunia politik (pkb) di zaman gus dur dan bergabung dengan komunitas cak nun & kiai kanjeng (cnkk). setelah itu pyur hanya menulis buku. mau berkunjung? silahkan kunjungi kami di www.wawansusetya.blogspot.com atau di face book; Wawan Susetya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Novel Brawijaya Moksa (Penerbit Imania)

27 April 2012   07:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:03 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KETIKA genderang perang sudah ditabuh oleh Prabu Girindrawardhana Raja Kediri untuk kesekian kalinya ke kutharaja Trowulan, hati Sang Prabu Brawijaya V menjadi luluh. ‘Perang hidup-mati’ antara pasukan Kediri dengan Majapahit yang identik dengan Prang Bratayuda Jayabinangun pun pecah di daerah Jingga, dekat kutharaja Trowulan. Karena banyak para Adipati atau Tumenggung yang mbelot dan bergabung dengan Prabu Girindrawardhana, tak ayal prajurit Majapahit pun keteteran menghadapi prajurit Kediri, sedang sebagian yang lain meregang nyawa.

Ya....., istana Majapahit telah tumbang! Peristiwa itu ditandai dengan candra sengkala; “Sirna ilang kertaning bumi” yang mengisyaratkan tahun 1400 Saka atau 1478 M.

“Sudahlah Putraku!” demikian kata Prabu Brawijaya V kepada Raden Patah, “Soal keyakinan janganlah dipaksa-paksakan! Silahkan kalian menjadi seorang muslim yang baik, tetapi biarlah Ramandamu ini tetap menjadi penganut Budha!”

Pasca lengser keprabon dari tahtanya,Prabu Brawijaya V mengajak dua orang abdi kinasih-nya Sabda Palon dan Naya Genggong pergi ke Gunung Lawu di kawasan Argo Lawu untuk menggapai kasampurnan atau moksa dengan menjalani dharma; yakni ber-semadi atau tapa brata!

Berhasilkah Prabu Brawijaya V menggapai cita-citanya, moksa?

Dan, berhasil pulakah upaya Raden Patah ‘mengislamkan’ Ramandanya Prabu Brawijaya V melalui ‘jago’ atau utusannya, Sunan Kalijaga?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun