Apakah Anda pernah mendampingi kaum muda dalam kegiatan baik terkait agama (gereja, lingkungan) maupun di masyarakat umum (RT, dusun, keluarahan)? Bagaimana rasanya ketika Anda sekarang menjadi pendamping dibanding dulu ketika Anda menjadi yang didampingi? Apakah kaum muda sekarang lebih mudah dikondisikan atau sebaliknya? Apakah kaum muda sekarang lebih mau berkomitmen dalam menjalankan tugas atau sebaliknya?
Sosiolog Inggris Zygmurt Bauman menyebut kehidupan yang sulit untuk dikondisikan, sulit untuk berkomitmen, ini dalam istilah "liquid," cair. Mengapa disebut cair? Karena sifat cairan adalah berubah menurut wadah tempat ia berada. (Mungkin sifat tersebut lebih tepat disebut fluid. Karena gas juga bentuknya berubah menurut wadahnya. Tapi gas bukan liquid. Gas dan cairan dikelompokkan dalam kategori fluid.)
Sejak kapan kaum muda menjadi liquid? Saya lahir di era generasi Y, yaitu sebelum tahun 1990. Memang dulu saya bukanlah aktifis sekolah/kampus. Namun saya melihat banyak kaum muda yang antusias dalam kegiatan di sekolah, kegiatan di masyarakat (karang taruna) dan kegiatan di gereja (mudika). Kemauan banyak orang untuk masuk dan berkomitmen dalam kegiatan ini disebut sebagai sifat solid, sebagai lawan liquid. Tapi, mereka yang lahir setelah tahun 1990, mulai memiliki sifat berbeda.
Generasi kelahiran tahun sesudah 1990 disebut generasi Z atau generasi milenial. Salah satu ciri yang disoroti dari generasi Z adalah tumbuh bersama internet. Sehingga mereka disebut generasi "native connected."
Mengapa generasi Z ini kehidupannya menjadi cair? Dari artikel yang saya baca, disebutkan hal ini tidak karena benci terhadap soliditas. Tapi karena "ketidak puasan dengan derajat soliditas yang sudah ada dan soliditas yang diwarisi." Karena pada dasarnya semua kehidupan ini cair. Lihatlah bahwa ada banyak, dan hampir semua mengalami, perubahan. Bahkan Kekristenan, yang memiliki banyak aturan yang tegas dan jelas yang dibuat oleh para pemikir terhebat di jamannya, harus mengalami perubahan, yaitu contohnya pada Konsili Vatican II. Sehingga, kembali saya kutip dari teks, "mereka semua tidaklah kaku, tetap dan solid."
Tetapi situasi yang cair ini bukanlah suatu "dynamic equilibrium," yang meninggalkan satu keseimbangan untuk menuju keseimbangan berikutnya. Keadaan yang cair ini terlihat akan tetap cair. Keadaan ini tercipta karena ketidak puasan yang disebut di atas secara tepat berpadu dengan munculnya internet yang memberi ruang untuk perkembangan individualisme. Sehingga Internet menjadi tempat "matrix indentity update."
Mengapa harus "update"? Jika tidak "update," yang bersangkutan tidak "included." Mengapa harus "included"? Karena "update" merupakan "authentic sense of belonging," merasa menjadi bagian dari sesuatu (kelompok). Sehingga internet menjadi manivestasi "virtual social aggregation," kumpulan kelompok sosial yang virtual.Â
Padahal faktanya "virtual social aggregation" ini bukanlah sebuah perkumpulan. Justru mereka ini terisolasi dalam kotak-kotanya sendiri. (Gampangnya: apakah ada orang yang secara fisik berkumpul kemudian membahas sesuatu lewat WA, BBM, line dan ruang chat lain? Tidak. Mereka membahas dari ruangnya sendiri-sendiri. Faktanya mereka tetap terisolasi dalam kesendirian.)
Dan faktanya identitas individu dalam "virtual social aggregation" bukanlah identitas sebenarnya. Bahkan bisa dikatakan anonim. Sehingga bisa diprediksi bahwa tujuan "virtual social aggregation," bukanlah untuk bersosialisasi, seperti namanya, tapi "pursuit of happiness," mengejar kesenangan.
Atau singkatnya, mengapa kaum muda menjadi "cair"? Karena mereka mengejar kesenangan semata. Kalau tidak menyenangkan ya lari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H