Mohon tunggu...
wawan s
wawan s Mohon Tunggu... Buruh - Belajar menulis

Belajar menulis. Menulis sambil belajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berita Buruk adalah Kabar Menarik yang Berdampak Buruk

31 Oktober 2021   18:17 Diperbarui: 31 Oktober 2021   18:22 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Teroris melakukan serangan dengan bom di lokasi yang ramai. Bom berhasil meledak dan melukai sepuluh orang. Peristiwa ini menjadi berita utama pada beberapa media nasional. Yang menjadi persoalan adalah siapa yang menang dalam peristiwa serangan teroris tersebut?

Yang menang adalah teorisnya, bukan polisi, bukan wartawan. Memang teoris berhasil melukai sepuluh orang, tanpa ada kematian. Namun, dengan diangkatnya peristiwa tersebut menjadi berita utama pada media nasional, teoris mendapat tempat untuk publikasi. Apa lagi dengan foto-foto tragis yang mengerikan, yang disebar secara berantai di media sosial, sehingga tercipta kengerian akan serangan berikutnya. Jika ini terjadi, maka terciptalah apa yang disebut teror untuk teror.

Dalam konsep "teror untuk teror", teroris melakukan satu dua serangan, yang dengan bantuan publikasi yang kuat dari pihak-pihak yang tidak menyadarinya, menciptakan ketakutan bagi masyarakat. Sehingga masyarakat takut untuk melakukan hal-hal tertentu. Terbitnya "travel warning" adalah salah satu tujuan teroris yang menggunakan konsep ini. Jadi, teroris menyerang suatu negara sehingga negara lain melarang warganya mengunjingi negara yang menjadi tempat serangan tersebut. Dengan cara ini, negara tersebut akan mengalami penurunan jumlah wisatawan, bahkan bisa jadi ada penurunan atau pembatalan investasi asing. Ini adalah salah satu contoh tujuan konsep "teror untuk teror."

Saat ini lebih banyak orang percaya pada informasi yang ada di media sosial dibanding informasi pada media masa arus utama. Tidak hanya di Indonesia, di Amerika Serikat juga demikian, menurut penelitian yang saya baca. Jadi, jika ada terjadi sesuatu yang bombastis, hati-hatilah untuk menuliskan status mengenai hal itu di media sosial.

Memang tulisan ini hanya menjangkau sekian puluh pembaca. Namun saya tetap mengajak Anda untuk berhati-hati ketika menulis sesuatu di media sosial. Jangan sampai Anda menjadi bagian dari alat yang diciptakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Menulis status tentang pengharapan positif lebih bermanfaat dibanding sesuatu yang negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun