Mohon tunggu...
wawan s
wawan s Mohon Tunggu... Buruh - Belajar menulis

Belajar menulis. Menulis sambil belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi: Satu Orang Mati Sudah Biasa, Satu Anjing Mati Membuat Gempar

25 Oktober 2021   19:39 Diperbarui: 25 Oktober 2021   19:59 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Silahkan Anda membuka google, dan ketikkan kata kunci: anjing mati. Berapa judul tulisan yang Anda dapatkan? Bahkan di kompas.com, tulisan berjudul "Viral Kisah Canon, Anjing di Aceh Singkil yang Mati Usai Ditangkap Satpol PP" dikomentari lebih dari 60 kali. Bahkan berita tersebut sampai di bahas di sebuah TV saat berita Senin sore.

Saya membuat perbandingan, dengan melakukan pencarian di google. Saya ketikkan kata "mati dibunuh." Lagi-lagi kasus pembunuhan di Aceh Singkil itu keluar. Padahal yang saya harapkan adalah berita pembunuhan manusia.

Berita pembunuhan di Lampung, yang dimuat Tribun Lampung, nol komentar. Berita pembunuhan istri oleh suaminya, padahal baru sebulan menikah, dimuat oleh Pos Kota, nol komentar. Berita pembunuhan wanita oleh rekan kerjanya sendiri di Samarinda, dimuat oleh Merdeka, juga nol komentar.

Ini menjadi suatu ironi yang menyedihkan, bagaimana saat ini pembunuhan terhadap manusia menjadi suatu berita sehari-hari. Pembunuhan manusia menjadi "makanan sehari-hari" acara berita kriminalitas di TV. Sehingga membuat kita jenuh. Kejenuhan ini mendorong kita untuk berpikir bahwa peristiwa pembunuhan manusia, adalah hal yang biasa. Mungkin, jika berita kriminalitas tak diisi dengan berita tentang kematian, akan menjadi aneh.

Mungkin benar "pepatah" dalam dunia pers: ular makan katak bukan berita, katak makan ular baru berita. Namun, tak bisa menjelaskan soal 60 komentar di kompas. Apakah karena faktor tempat, yaitu di Aceh, yang menyebabkan isu ini mudah "digoreng" menjadi isu agama?

Entahlah. Mungkin ini merupakan tanda bahwa penghargaan terhadap nyawa manusia, sudah mulai memudar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun