Silahkan Anda membuka google, dan ketikkan kata kunci: anjing mati. Berapa judul tulisan yang Anda dapatkan? Bahkan di kompas.com, tulisan berjudul "Viral Kisah Canon, Anjing di Aceh Singkil yang Mati Usai Ditangkap Satpol PP" dikomentari lebih dari 60 kali. Bahkan berita tersebut sampai di bahas di sebuah TV saat berita Senin sore.
Saya membuat perbandingan, dengan melakukan pencarian di google. Saya ketikkan kata "mati dibunuh." Lagi-lagi kasus pembunuhan di Aceh Singkil itu keluar. Padahal yang saya harapkan adalah berita pembunuhan manusia.
Berita pembunuhan di Lampung, yang dimuat Tribun Lampung, nol komentar. Berita pembunuhan istri oleh suaminya, padahal baru sebulan menikah, dimuat oleh Pos Kota, nol komentar. Berita pembunuhan wanita oleh rekan kerjanya sendiri di Samarinda, dimuat oleh Merdeka, juga nol komentar.
Ini menjadi suatu ironi yang menyedihkan, bagaimana saat ini pembunuhan terhadap manusia menjadi suatu berita sehari-hari. Pembunuhan manusia menjadi "makanan sehari-hari" acara berita kriminalitas di TV. Sehingga membuat kita jenuh. Kejenuhan ini mendorong kita untuk berpikir bahwa peristiwa pembunuhan manusia, adalah hal yang biasa. Mungkin, jika berita kriminalitas tak diisi dengan berita tentang kematian, akan menjadi aneh.
Mungkin benar "pepatah" dalam dunia pers: ular makan katak bukan berita, katak makan ular baru berita. Namun, tak bisa menjelaskan soal 60 komentar di kompas. Apakah karena faktor tempat, yaitu di Aceh, yang menyebabkan isu ini mudah "digoreng" menjadi isu agama?
Entahlah. Mungkin ini merupakan tanda bahwa penghargaan terhadap nyawa manusia, sudah mulai memudar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H