Mohon tunggu...
wawan s
wawan s Mohon Tunggu... Buruh - Belajar menulis

Belajar menulis. Menulis sambil belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membuat Konten untuk Melayani atau Memaksa Dilayani

13 Oktober 2021   19:00 Diperbarui: 13 Oktober 2021   19:18 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam ilmu jurnalistik, ditegaskan bahwa narasumber adalah sumber informasi, dan jurnalis membantu mengkomunikasikan gagasan dari narasumber. Dengan kata lain, jurnalis membantu narasumber menyatakan diri si narasumber, termasuk harkat dan martabat narasumber.

Ini tak berarti bahwa jurnalis hanya "mem-bebek" narasumber, mengikuti keinginan narasumber. Meski membantu narasumber, jurnalis tak boleh kehilangan obyektifitasnya.

Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di youtube belakangan ini. Ada konten yang dibuat dengan sengaja untuk merendahkan narasumber. Memang benar bahwa jumlah konten yang kontroversial sangat sedikit. Namun, konten yang dibuat oleh selebritis, memiliki daya gaung yang luar biasa luas. Boleh dikhawatirkan bahwa konten yang tidak layak ini ditiru oleh pihak lain.

Ketika youtuber membuat konten, perlu dipertanyakan apa motifnya. Apakah semata-mata demi uang. Jika sebuah konten dibuat demi uang saja, maka apa pun akan dilakukan. Mungkin secara verbal, tidak ada yang kasar. Namun, pembuat konten justru merendahkan harkat dan martabat dengan cara lain. Misalnya dengan pernyataan atau pertanyaan yang memojokkan. Karena narasumber tak diberi akses sebelum konten dipublikasikan.

Ketika youtuber membuat konten yang seimbang antara mencari rejeki dan semacam produk laporan jurnalistik, maka pembuat konten akan berhati-hati dalam membuat pertanyaan dan pernyataan. Konten yang sudah dibuat akan direview kembali sebelum dipublikasikan. Apakah konten tersebut telah menempatkan posisi narasumber dengan baik? Apakah tidak ada aspek yang merugikan harkat dan martabat narasumber?

Apakah pembuat konten sudah melayani narasumber, melalui konten tersebut, atau justru memaksa narasumber untuk melayani tujuan pembuat konten?

Kerendahan hati untuk bertanya secara jujur dan mengevaluasi diri adalah sesuatu yang penting untuk saat ini. Merasa lebih pintar akan mudah terpeleset ke dalam pencideraan harkat dan martabat orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun