Kita pasti tidak asing begitu mendengar nama Robin Hood. Robin Hood yang merupakan seorang tokoh yang cukupmelegenda dan suksessebagai sosok pahlawan pembela hak-hak rakyat miskin. Ia adalah seorangbangsawan yang menjadi musuh Prince Johnyang menjabat Sheriff of Nottingham. Dengan peran sebagai figur yang melawan pejabat yang korupsi untuk kepentingan rakyat, membuat Robin Hood menjadi sosokpopuler dalam periode abad pertengahan.
(Robin Hood, Perampok yang Dermawan)
Kesatria yang identik dengan warna pakaian hijau lincoln ini memimpin 140 orang yang disebut "Merry Men". Robin Hood dalam kisahnya melakoni karakterdermawan dan baik hati yang kemudian menjadikan sang pemanah ulung ini masuk dalam deretan tokoh panutan didalam cerita-cerita maupun cinema. Dikisahkan dalam sepak terjang kehidupannya, Robin Hood tinggal di hutan Sherwood. Kerap merampok orang-orang kaya yang lewat di hutan daerah kekuasaannya, namun hasil rampokannya tidak dia gunakan kecuali untuk dibagi-bagikan kepada kaum miskin di sekitarnya. Dengan gayang perjuangan seperti itu tokoh ini kemudian mendapat tempat di hati masyarakat yang dibelanya.
Itulah sedikit gambaran tentang tokoh heroik, sang perampok yang baik hati dan dermawan. Namun kita tidak akan mengulas cerita tentang tokoh Robin Hood secara gamblang tetapi hanya sedikit memberikan gambaran bahwa ternyata tokoh Robin Hood tak jauh berbeda dengan para calon anggota Legislatif (Caleg).
Inilah beberapa persamaan Robin Hood dan Caleg :
- Robin Hood dan caleg sama-sama mempunyai visi memperjuangkan dan membela nasib serta hak-hak masyarakat miskin.
- Robin hood dan caleg sama-sama dermawan dan baik hati.
- Robin hood dan caleg sama-sama pernah diperankan oleh beberapa orang. Ada yang sukses memerankannya ada juga yang tidak.
- Robin hood dan caleg doyan warna mencolok. Hanya saja jika Robin Hood konsisten dengan warna hijau ngejreng, sementara caleg beberapa tokohnya ada yang doyan gonta ganti warna.
- Robin hood dan caleg suka bercengkrama dengan masyarakat kecil. Hanya saja jika Robin Hood konsosten dengan hal tersebut para caleg terbatas hanya ketika berstatus calon.
Selain hal diatas sebenarnya ada beberapa hal lagi yang bisa dijadikan persamaan. Misalnya ; Robin Hood gemar merampas harta kaum bangsawan yang korup. Tak jauh beda dengan beberapa orang caleg yang berhasil menjadi Anggota Dewan untuk periode 2009-2014 baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Banyak yang terbukti doyan menggelapkan uang negara yang dalam istilah kerennya korupsi. Namun perbedaannya jika Robin Hood menyalurkannya ke rakyat miskin, sementara anggota dewan yang berlabel koruptor menyalurkannya pada berbagai kalangan. Ada yang disalurkan untuk para wanita cantik, ada juga yang menjadikannya asset masa depan bahkan tak jarang untuk pesiar keluar negeri.
Serupa tapi tak sama
Walau memiliki visi yang sama untuk memperjuangkan hak rakyat, Robin Hood memiliki keistimewaan. sebab selain konsisten, perjuangannya tidak bermotif sementara dan berniat ikhlas. Jika Robin Hood tidak pernah berjanji namun selalu menghadirkan solusi bagi masyarakat yang diperjuangkan sementara caleg mentok ditataran janji. Bahkan Jika ditulis dalam sebuah buku akan butuh banyak halaman untuk menuliskan janji sosialiasi para Calon Anggota Legislatifyang akan mengikuti perhelatan pemilu 2014. Mulai dari janji yang bersifat pribadi kepada wajib pilih hingga ke komunitas masyarakat. Mulai dari iming-iming akan memperjuangkan nasib kaum termarjinalkan, memperjuangkan pembangunan di daerah pemilihan hingga program pemerintah pun menjadiumbaran janji para Caleg.
Dalam dunia cinema Tokoh Robin Hood diceritakan dalam berbagai versi dan juga diperankan oleh beberapa artis kawakan Hollywood seperti Errol Flynn, Douglas Fairbanks, Sean Connery, dan Kevin Costner. Walau dengan pemeran yang berbeda-beda namun karakter tokoh Robin Hood yang diperankan tetap sama. Tak jauh berbeda dengan caleg yang diperankan oleh beberapa tokoh yang berbeda tergantung jumlah kuota kursi didewan. Mereka juga selalu melakoni karakter baik dan dermawan. Namun Simak saja faktanya paska terpilih!... Pola tingkah laku para anggota dewan hanya mempertontonkan dagelan perang kepentingan sesama mereka. Ironosnya selalu mengatas namakan rakyat.
========***========
Pemilu tinggal mengitung bulan dan masyarakat harusnya sudah banyak belajar dari pola sosialisasi para caleg yang cenderung menduduki kursi dewan untuk kepentingan diri sendiri. Namun dewasa ini yang sulit adalah sikap apatis dari masyarakat yang juga mengabaikan kapasitas calon. “ kita pilih caleg yang beri kita uang sebab jika mereka terpilih kita juga mau jadi apa? ” inilah bisik-bisik dari kebanyakan masyarakat. Dapat diasumsikan sebagai Bentuk keputus asaan ????...
Memang tidak semua caleg bermotifasi sekedar duduk dan memanfaatkan posisi sebagai perawakilan rakyat, masih ada juga yang benar- benar memperjuangkan dan menyuarakan aspirasi masyarakat yang mereka wakili.namun jika ditulis kita mungkin akan sulit mengingat nama.
17 September 2013 (Wawan H. Rasipu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H