Mohon tunggu...
Wawan Pkb
Wawan Pkb Mohon Tunggu... Administrasi - Staf karyawan

https://www.kompasiana.com/wawanpkb7432

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen "Bayangan di Balik Nisan"

27 Juni 2024   18:12 Diperbarui: 27 Juni 2024   18:14 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar hutan. (pixabay.com/jplenio)

Di sebuah desa kecil yang terpencil, di mana hutan lebat dan pegunungan tinggi menjadi pelindung alami, tersembunyi sebuah pemakaman tua. Pemakaman itu telah ada sejak zaman kolonial dan sudah lama tidak digunakan. Banyak yang mengatakan bahwa tempat itu berhantu, penuh dengan cerita-cerita seram yang membuat bulu kuduk berdiri.

Pada suatu sore yang mendung, seorang peneliti muda bernama Arjuna datang ke desa itu. Dia tertarik dengan sejarah dan mitos-mitos yang ada di balik pemakaman tua tersebut. Arjuna memiliki ketertarikan khusus terhadap hal-hal mistis dan selalu mencari cerita-cerita baru untuk diteliti. Kunjungannya kali ini bukan tanpa alasan. Dia mendengar tentang bayangan misterius yang sering muncul di balik nisan tua.

Setelah berbicara dengan beberapa penduduk desa, Arjuna mendapat banyak informasi menarik. "Bayangan itu sering muncul saat senja," kata seorang kakek tua sambil mengisap rokok kretek. "Konon, itu adalah roh seorang prajurit yang mati di medan perang."

Arjuna semakin penasaran. Dia memutuskan untuk mengunjungi pemakaman itu pada saat senja, waktu di mana bayangan misterius tersebut sering muncul. Dengan membawa kamera dan alat perekam, dia menuju ke pemakaman tua yang terletak di pinggir hutan.

Sesampainya di sana, suasana begitu sunyi. Hanya suara angin yang berbisik di antara pepohonan dan suara burung hantu yang menambah kesan mencekam. Nisan-nisan tua berdiri tegak, beberapa di antaranya sudah tertutup lumut dan hampir tak terbaca lagi namanya. Arjuna merasakan aura yang berbeda di tempat itu, seolah-olah ada yang mengawasinya dari balik bayang-bayang.

Dengan hati-hati, dia mulai mengelilingi pemakaman. Sesekali dia berhenti untuk mengambil gambar dan merekam suara-suara sekitar. Ketika matahari mulai tenggelam, bayangan-bayangan panjang mulai terbentuk di tanah. Arjuna terus berjalan, mencari tanda-tanda keberadaan bayangan misterius yang diceritakan penduduk desa.

Saat senja mulai merayap, Arjuna tiba di sebuah nisan yang tampak lebih tua dari yang lain. Nama di nisan itu sudah hampir hilang, hanya tersisa beberapa huruf yang masih bisa dibaca: "Ran...ga". Arjuna merasa ada sesuatu yang aneh dengan nisan itu. Dia menyalakan alat perekamnya dan mulai berbicara, "Saya di sini di depan nisan yang tampak sangat tua. Nama di sini sepertinya adalah Ranga. Siapa pun dia, sepertinya dia memiliki kisah yang menarik."

Tiba-tiba, Arjuna merasakan angin dingin berhembus. Dia merasakan bulu kuduknya berdiri. Dari sudut matanya, dia melihat bayangan bergerak di balik nisan. Dengan cepat dia menoleh, tapi tidak ada apa-apa. Namun, alat perekamnya menangkap suara aneh, suara bisikan yang hampir tak terdengar. Arjuna memutar kembali rekamannya dan mendengar suara itu dengan jelas, "Jangan pergi."

Arjuna terkejut, tapi rasa penasarannya lebih besar daripada rasa takutnya. Dia mencoba berkomunikasi dengan bayangan itu. "Siapa kamu? Apakah kamu Ranga?" tanyanya. Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang menyelimuti.

Ketika matahari benar-benar tenggelam dan malam mulai menyelimuti, bayangan itu muncul kembali. Kali ini lebih jelas, membentuk sosok seorang pria dengan pakaian prajurit kuno. Wajahnya tampak sedih dan penuh dengan luka. Arjuna menatap bayangan itu dengan kagum dan ketakutan. "Apakah kamu membutuhkan bantuan?" tanya Arjuna.

Bayangan itu tidak berbicara, tapi menggerakkan tangan, menunjuk ke arah hutan. Arjuna merasa terdorong untuk mengikuti arahan itu. Dia berjalan memasuki hutan, mengikuti bayangan yang bergerak dengan cepat. Semakin dalam dia masuk, suasana semakin gelap dan mencekam. Namun, Arjuna tetap berusaha mengikuti bayangan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun