Mohon tunggu...
Wawan Pkb
Wawan Pkb Mohon Tunggu... Administrasi - Staf karyawan

https://www.kompasiana.com/wawanpkb7432

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tandem Takdir di Jalur Sepeda

25 Juni 2024   22:30 Diperbarui: 25 Juni 2024   22:30 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar bersepeda (pixabay.com/MabelAmber)

Pagi itu, matahari baru saja mulai menampakkan sinarnya di ufuk timur ketika Rama dan Maya bersiap-siap untuk perjalanan sepeda mereka yang biasa di hari Minggu. Mereka adalah pasangan kekasih yang telah mengenal satu sama lain sejak masa sekolah menengah. Kedua sepeda mereka, dengan warna yang serasi, terparkir rapi di teras depan rumah kecil di pinggiran kota.

Rama adalah seorang mahasiswa seni yang bersemangat dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan kreativitas. Sementara Maya, seorang dokter muda yang penuh semangat dalam pekerjaannya, memiliki kepribadian yang ceria dan selalu memberikan energi positif pada siapapun di sekitarnya. Mereka adalah pasangan yang sempurna, saling melengkapi satu sama lain dalam segala hal.

Kali ini, Rama memutuskan untuk menjelajahi sebuah jalur sepeda yang jarang mereka kunjungi, di lereng bukit yang indah di luar kota. Maya, yang selalu siap menjalani petualangan apa pun bersama Rama, dengan senang hati menyetujui ide tersebut. Mereka membawa bekal, air minum, dan kamera untuk mengabadikan momen-momen indah selama perjalanan mereka.

Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, mereka tiba di sebuah jalur sepeda yang membelah hutan pinus yang lebat. Udara segar dan aroma harum dari dedaunan basah menyambut mereka. Rama mengayuh sepedanya di depan, sementara Maya mengikuti dengan penuh semangat di belakangnya. Mereka berdua tersenyum, menikmati momen kebersamaan mereka di bawah sinar matahari pagi yang mulai menghangatkan.

Tak lama kemudian, di salah satu tikungan tajam, mereka bertemu dengan seorang pria yang sedang duduk di tepi jalan dengan sepeda tua yang terlihat agak usang. Pria itu memperhatikan mereka dengan senyum lembut di wajahnya, seolah-olah menanti kedatangan mereka.

"Selamat pagi!" sapa Maya ramah.

"Pagi juga!" jawab pria itu sambil mengangguk.

Rama dan Maya pun berhenti sejenak untuk berbicara dengan pria itu. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian ketika pria itu mulai bercerita tentang sepeda tua kesayangannya yang telah menemani banyak petualangan hidupnya. Setiap goresan dan keropos pada sepeda itu memiliki cerita tersendiri, tentang perjalanan-perjalanan jauh dan kenangan-kenangan manis yang tidak pernah ia lupakan.

"Saya selalu merasa, sepeda ini adalah bagian dari takdir saya. Ia membawa saya ke tempat-tempat yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, dan mengenalkan saya pada orang-orang hebat di sepanjang perjalanan hidup saya," cerita pria itu dengan penuh emosi.

Rama dan Maya terpesona mendengarkan cerita pria itu. Mereka merasa seperti mendapatkan pelajaran berharga tentang arti sebenarnya dari petualangan dan bagaimana sebuah objek sederhana seperti sepeda bisa menjadi perantara untuk menghubungkan manusia dengan alam dan satu sama lain.

Setelah berbincang sejenak, Rama dan Maya mengucapkan terima kasih pada pria itu dan melanjutkan perjalanan mereka. Namun, cerita pria itu tidak pernah lepas dari pikiran mereka sepanjang hari. Mereka berdua merenungkan tentang betapa berharganya momen-momen kecil dan bagaimana setiap perjalanan, baik yang singkat maupun panjang, memiliki potensi untuk membawa perubahan besar dalam hidup seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun