[caption caption="foto ilustrasi Wawan Kardiyanto"][/caption]
Konon Dunia Persilatan (intrik politik) di Negeri Pewayangan yang mempunyai hak paten lokal jenius Seni Pedalangan ini sedang Ruwet dan membuat pening Pakar Intelejen, bagai masuk ke Taman Labirin yang menyesatkan. Kenapa tidak?
Sejak perhelatan pilpres dan pilkada ibukota Negeri Pewayangan booming pertikaian dahsyat yang awalnya terjadi polarisasi kubu menjadi dua, pro dan kontra Doryudono sekarang menjadi pro dan kontra Dosomuko yang pada dasarnya mempunyai frame yang sama dan punya benang merah yang jelas (ketok moto welo-welo /bhs Jawa).
Sejak pecah kasus penistaan agama oleh Dosomuko terjadi klimaks masturbasi intrik politik. Baik di kubu pro maupun kontrak Doryudono/Dosomuko. Penulis catat yang teringat di memori gadget saya saja yach…..
Kasus Penistaan agama oleh Dosomuko. All out intrik politik benar – benar “barbar”. Yang pro Doryudono/Dosomuko memanfaatkan tangan “tuhan kecilnya” membabi buta melancarkan serangan2 bullying, fitnah yang masif dari dapur cyber Dosomuko. Dari si “dalang” melakonkan Kurawa2 yang berprilaku prajurit2 buto yang menyerang, menyidik, menahan dan menyangkakan bolo Pendawa tanpa tedeng aling-aling (hijab). Sedang dari kubu kontra Doryudono/Dosomuko menampilkan issu-issu jadul (jaman dulu) ekstrim kanan dan kiri, rasis ganyang wong monco yang diaduk bulat – bulat Tahu bulat. Penggalangan massa massif, konon sampai 7 juta massa sebagai “bargaining” pada sang dalang.
Issu Reklamasi teluk ibukota. Hebat sekali ini kasus. Tema transnasional yang konon akan terjadinya kolonisasi Monconegoro ke ibukota yang menciptakan penduduk baru lebih besar dari penduduk ibukota saat ini yang berjumlah 2 juta lebih. Intrik politik menimbulkan pemecatan Parikesit (Menko Kemaritiman kalo tidak salah) diganti oleh salah satu dalang hehehe….
-
Perusahaan Repot di gunung kemasan liwang -liwung. Bagai pahlawan nasionalisme kesiangan dalang-dalang mau mendepak Repot. Dramatis sekali, Repot tutup berapa bulan. Tapi nyatanya bushilt, Repot diijinkan kembali kerja, kerja, kerja setengah tahun. Siapa yang pecundang?
Kriminilisasi Rohaniawan. Dengan secepat flash gordon dan sesigab hulx, Buto-Buto Galiuk nangkepin “bolo pendawa”.
Itu saja yach…. Capek nulis.
Akhirnya hadirlah drama kasus E-KTP. dan keluarlah jurus aji-aji dligik. Kriminilisasi KPK Negeri Pewayangan. TEROR KEPADA WISANGGENI penyidik KPK Negeri Pewayangan.
Nach, klo drama ini sudah ditulis orang lain tapi sy edit ngawur, siapa penulisnya saya nggak mau tahu,hikz…. Tapi asyiiklah kusadur buat memenuhi syarat minimal karakter. Hahaha….
Apa yg bisa kita baca atas kejadian keji yg dialami oleh WISANGGENI yg disiram air keras dalam negeri pewayangan?
Berita penyiraman ini serta merta akan mendominasi medsos jagat wayang dan seluruh berita2 di media2 online, tv maupun cetak sampai bbrp hari ke depan.
Apa saja berita yg ingin *”ditutup”* (kalau bener) dengan berita WISANGGENI
1. Kecurangan2 Pilkada ibukota wayang melalui berbagai temuan daftar pemilih yg diduga tdk punya hak pilih. Lagi2 soal DPT dan lain2 kecurangan, money politik dsb.
2. Video kampanye Dosomuko yg mendapat reaksi keras dari semua elemen masyarakat yg cinta perdamaian
3. Survei2 yg menunjukkan elektabilitas Dosomuko yg jeblok. Berjarak 4 sd 8 prosen dari Penantang. Elektabilitas yg terus menurun. Secara teoritis akan sulit bangkit kembali dalam sisa waktu beberapa hari ke depan. Sejumlah lembaga survei tiba2 menjadi tidak pede untuk menyiarkan hasil surveinya..
4. Penundaan tuntutan Jaksa atas kasus penistaan agama oleh Dosomuko dan pergeseran waktu pembacaan tuntutan yg semula tgl 11 April 2017 menjadi 20 April 2017 atau sehari setelah Pilgub ibukota negeri wayang.
5. Pencekalan ketua DPR Negeri wayang dlm kasus KTP Elektronik. Yg ini mungkin hanya kembang2nya saja. Tetapi dibuat seolah-olah dari sini. Ketua DPR dikorbankan…?
*Kalian punya rencana tetapi rencana SANG YANG WENANG Dalangnya dalang jauh lebih hebat dan dahsyat…*
Pancen Dligiki….
Penulis : Wawan Kardiyanto (Dosen ISI SOLO Jurusan Pedalangan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H