Belajar dari Candaan Gus Miftah
Â
Bercanda tentu menjadi hak seseorang, siapapun dia, tua muda, laki-laki maupun perempuan, tetapi tentu kita juga harus memperhatikan situasi dan kondisi yang ada, bercanda dilakukan semata-mata hanya untuk membangkitkan gairah agar suasana dimana orang yang ada menjadi bahagia dan terhibur, bukan sebaliknya.
Sebagaiamana video viral akhir-akhir ini, kita menjadi miris dibuatnya, betapa tidak dalam video itu ada candaan saya pikir tidak pas pada moment nya, bahkan saya melihatnya itu tak pantas untuk ditertawakan. Â
Dalam video itu, ada yang duduk disebelahnya gus miftah, tertawa renyah banget bahkan terbahak-bahak, dalam sudut pandang mana anda menilai candaan dalam video itu layak untuk ditertawakan? Tidak ada, yang ada itu hanya mencomooh merendahkan seseorang.
Layakkah itu dilakukan? Tentu tidak, lantas kenapa terjadi, kalau itu dilakukan adalah hal biasa dan menjadi ciri khas ketika berceramah, rasanya masih ada diksi yang pantas diucapkan selain kata-kata maaf "goblok".
Bisa meracik serta memilih diksi yang pantas, tepat dan lebih santun, rasanya akan lebih bisa diterima dan bisa mengena pada semua mustami yang hadir termasuk para pedagang asongan. Â Â
Saya yang terlahir dari seorang pedagang dan petani, saya tumbuh dan besar dari hasil itu, terasa ada yang sakit dalam ulu hati ini menyaksikan video tersebut, seorang bapak "pejuang rupiah yang tak mengenal lelah bahkan tak mengenal tanggal merah", berjuang untuk anak dan isterinya, mencari rezeki yang halal, kemudian ditertawakan dihadapan banyak orang, direndahkan, pantaskah itu disebut bercanda?
Belajar dari candaan gus miftah, bagi kita adalah harus pandai-pandai memilih diksi yang tepat dalam penuturan saat bicara, maka kegiatan berfikir sebelum berbicara adalah sebuah hal yang wajib dillaksanakan agar kata dan kalimat yang keluar dari mulut itu menjadi enak di dengar atau mungkin bisa menyejukan hati siapapun.
Apapun yang lakukan dan bicarakan seseorang apalagi dilakakukan oleh seorang tokoh, tentu akan menjadi tolak ukur serta penilaian tersendiri di mata khalayak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H