Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 2 Cibinong Jatiluhur

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sampireun

17 November 2024   20:29 Diperbarui: 17 November 2024   20:30 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana itu membantu membuyarkan segala penat yang menggelayut dan riuhnya ibu kota dari berbagai aktifitas. Di meja telah sedia kopi yang masih mengepul kopi liong kesukaanku, tujuh potong goreng singkong mentega ikut menemani, makanan alami yang menjadi kesukaanku, lalu rokok cigarillos pun tak pernah ketinggalan hadir, lengkap sudah pikirku.

Dinginya angin malam mulai meraksuki tubuhku. Ku coba usir hawa itu dengan segera menghisap sebatang rokok cigarillos, beberapa kali, sambil ku teguk air kopi yang masih mengepul itu, asap rokok mulai membungbung tinggi menepis dinginnya malam. "Hai"...Nita datang menyapaku, "kau sudah beres..?,tanyaku "sudah lah", "bagus" selorohku. "Duduk" kataku.

Aku mulai ngobrol soal kerjaan masing-masing sambil melepas kangen, sekian lama tersita oleh kerja. Aku hari ini ada di sampireun bersama kamu, meluangkan waktu berakhir pekan jauh-jauh kesini, ingat..! bukan untuk mengumbar hasrat dan melakukan hal bodoh yang tercela itu, terdorong rasa penasaran, mengecap manisnya sesaat. Tidak, tidak, sekali lagi tidak. Sebajingan-bajingannya aku tak mungkin melakukan hal keji itu. Tegasku. Kamu percaya soal ini...?, eehmm...!"aku sangat percaya". "Ok, kalau begitu.!"

Ya, aku kesini, sengaja mengajakmu, selain untuk mengusir penat beban kerja yang terus menumpuk, ada hal lain yang ingin aku sampaikan padamu, kenapa harus disini...? Tanyaku, "Aku pikir ini tempat yang paling romantis", "Ah gombal", Tentang apa...? "tentang kita, ya tentang kita, tentang hubungan kita, tentang rasa itu". aku ingin malam ini menjadi saksi, aku sesekali sambil menoleh wajahnya yang tersorot lampu malam, rona wajah yang anggun memesona.  

Lantas....?

Ya, aku ingin ada pasti dari janji kita itu, tidak mengambang tanpa arah, bukannya aku tak percaya, hanya ingin meneguhkan kesekian kalinya, agar aku tenang, "it's oke" timpalnya, kalau begitu jawab pertanyaanku, "apa, yang mana...?" apakah kau sepenuh hati menjalani ini semua, apa hanya mainan belaka, untuk mengusir sepi dirimu...?, "aku sepenuh hati" katamu. "ada paksaan kah...?" "Tidak", Benar...? "ya, aku katakan apa adanya, ok, kalau begitu, aku yakin sekarang.

Tidak selarut ini, biasanya aku serius bersamamu, tak terasa hampir jam 2 dini hari, aku baru selesai ngobrol  menyusun asa berdua, kemudian aku langsung menuju kamar untuk melanjutkan istirahat, tidurku cukup pulas malam ini, begitupun dengan Nita menuju kamarnya juga.  Esok pagi, menjadi hari yang sangat cerah sekali bagi aku dan Nita.

Saat menunggu detik-detik itu. Ya hari itu, menjadi hari yang sedikit menegangkan, karena hari yang akan jadi sejarah dalam hidup aku dan kamu. Asa untuk melepas segala yang terhalang, dengan ikrar di depan dua saksi menghalalkan segalanya. Samudera bahagia sedang aku teguk indah bersama dirimu, ya dirimu, bukan yang lain, kapanpun, dimanapun, aku akan setia padamu, "catat itu janjiku", Aku bahagia sekali, bagaimana denganmu...? Aku yakin, kamu juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun