Mohon tunggu...
Wawan Hermawan
Wawan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi jalan-jalan, membaca, menulis dan membahagiakan orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen "Selamat Jalan Kawan"

17 April 2024   00:23 Diperbarui: 17 April 2024   00:35 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selamat Jalan Kawan 

Triiing begitu suara berbunyi tanda ada pesan yang masuk di Hand Phone (HP) saya, tangan saya refleks mengambilnya dengan cekatan, posisi Hand Phone (HP) waktu itu tergeletak diatas meja tepat dipinggir gelas kopi, tangan dengan asyik mulai dimainkan untuk membuka dan saya membaca whatsapp yang masuk ke Hand Phone (HP), begitu saya buka pesan yang ada dilayar terpampang dengan jelas "A, mang Tuya  maot", singkat pesannya, namun membuat saya terperanjat bukan main, mendengar kabar duka itu.

Kabar yang membuat begitu mengagetkan? karena tidak terdengar berita sakit sebelumnya, kawan satu ini banyak menyimpan kenangan, pada masa sama-sama belajar ngaji ke al-mukaharom yang terhomat Ust. Jalal (al-marhum) di salah satu kampung kecil tepatnya di daerah Cisoka, semoga Allah Swt tempatkan guruku ini di taman firdaus yang penuh dengan kedamaian. Aamiin.

"Tuya" begitu orang memanggilnya, padahal nama aslinya adalah "Tubagus Suryadin" begitu nama kawan masa kecil saya itu, berkawan cukup lama, masa kecil saya habiskan di kampung dari satu majlis ke majlis yang lain bersamanya, untuk menimba ilmu agama dan menggali sejuta hikmah dari para guru ngaji dikampung.

Layaknya anak zaman dulu tahun 90-an tentu saya mengalami masa-masa indah zaman itu, dimana pada saat ngaji masih memakai penerangan yang terbuat dari kaleng bekas susu yang bahan bakarnya minyak tanah dan sumbu penyambung terbuat dari kain bekas yang menghubungkan minyak tanah dan apinya, alat itu rasanya paling modern pada zamannya.

Saya berangkat ngaji bareng bahkan harus meninap ditempat pengajian bila malam tiba dengan yang lainnya sebagai (santri kalong), masa itu tentu tak mungkin bisa ulang kembali dan begitu indah pada masanya. Padahal alas tidur waktu itu hanya tikar tanpa bantal apalagi selimut, proses pembelajaran hidup seadanya sederhana ini begitu membekas pada pembentukan pribadi saya kedepan dalam mengarungi luasnya samudera kehidupan.

Selain itu saya hidup dilingkungan kampung, semua permainan layaknya yang dilakukan anak-anak kampung pada masa itu dan itupun saya ikuti. Seperti halnya main layangan, gangsing (panggal) dan sebelum tiba waktunya ngaji saya dan teman yang lain main ucing-ucingan (main petak umpet) atau mengbal (main bola) terlebih dahulu dan masih banyak lagi berbagai jenis permainan lainnya.

Bila malam tiba setelah selesai pengajian dan ingin pulang saya berdua dengannya harus melintasi bukit kecil dan sedikit memasuki hutan membawa colen (obor) sebagai alat penerangan, karena jarak tempat mengaji dan tempat tinggal lumayan cukup jauh, panjangnya perjalanan saya tempuh dengan jalan kaki disaat pulang dan pergi, obor yang dibuatpun sederhana seadaanya, bukan layaknya obor pada umumnya tapi hanya belahan bambu yang di iri-iris, terkadang saya tidak membawa alat penerangan apapun, modal nekad.

@@@

Setelah selesai masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) saya melanjutkan ke  Sekolah Menengah Atas (SMA) dan ikut nyantri di Cirasa Sukamaju-bersama, sedangkan Tuya waktu itu melanjutkan sekolah juga nyantri di wilayah Cibunga Simpang Panjang  tepatnya di Pesantren al-hakim.

Setelah sama-sama melanjutkan sekolah dan Mondok pertemuan saya dan Tuya terbilang jarang karena saya jarang pulang ke lembur (kampung) demikian dengan Tuya. Kemudian saya melanjutkan sekolah dan lama tinggal di daerah Cibagbagan Cileunyi Kabupaten Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun