Sewaktu kecil, saya sering mendapatkan "ancaman" ketika makan tidak lahap. Kalau makan harus dihabiskan, bila tidak nanti ayamnya mati.Â
Belakangan saya terngiang-ngiang kembali dengan ungkapan itu. Mengingat mulai merasakan betapa butuh kesabaran, ketika menyuapi anak yg masih balita. Karena tidak fokus dan sambil bermain, tidak lahap.Â
Ketika kecil, budaya makan keluarga kami, sederhana. Sayur bening dan tempe garit, menjadi keseharian, sesekali 1 telur didadar diberi sayuran, Â dibagi beberapa iris. Makan dengan lauk ayam hanya ketika ada kenduri atau menyembelih sendiri.Â
Barangkali itulah makna, bila tidak lahap ayamnya mati. Karena akan mengorbankan asset produktif berupa ayam hidup. Ayam adalah tabungan likuid para petani.