Mohon tunggu...
Wawan
Wawan Mohon Tunggu... Guru - Pendidik Bidang Seni dan Kriya

Belajar dari dan dimana saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perhatian KEMDIKNAS Kita! Catatan lama...

30 Maret 2013   00:37 Diperbarui: 8 November 2021   17:06 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teropong Pendidikan Antologi Artikel 2008-2009. Dok. Pribadi

Dengan makin beragamnya media tulis menulis baik di media cetak maupun di media maya, semangat berkarya bagi para penulis pun makin terwadahi. 

Dulu, ketika hanya media cetak yang menjadi satu-satunya wadah berekspresi rasanya susah untuk tembus meja redaksi. Namun dari segi kualitas karya tulis yang lolos dari meja redaksi dan terpublikasikan tidak diragukan. Setidaknya karya tersebut telah terseleksi dari ratusan atau bahkan ribuan karya tulis yang masuk. 

Sekarang dengan munculnya media maya yang dibarengi munculnya berbagai situs gratis dan blog pribadi, sebuah karya tulis begitu mudah terpublikasikan dan dibaca orang. Kualitas karya menjadi hal yang harus dipertanyakan. Orisinalitas adalah hal yang sering diragukan, copas salah satu cara mudah membuat tulisan dimedia tanpa tim redaksi. 

Perhatian yang dibutuhkan seorang penulis adalah dibaca masa. Salah satu kepuasan penulis adalah banyaknya pembaca, seperti di Kompasiana ini. Kadang sebelum menulis atau membaca tulisan kompasianer lain saya akan melihat dulu berapa jumlah pembaca artikel saya terakhir. Berbeda dengan dimedia cetak, dengan diterbitkannya saja selesai puas seketika. Bahkan ada kesenangan ketika tulisan kita terpilih sebagai tulisan yang dipromosikan highlight di halaman depan Kompasiana.

Pasti puas dengan banyak yang membaca? Dapat honor? Tapi benarkah demikian? Sebenarnya di media cetak pun kita sebagai penulis ingin perhatian lain. Bukan sekedar kepuasan diterbitkan dan honor yang diterima. Kita perlu apresiasi dan kritik yang terkomunikasikan, sayang di media cetak hal ini mempunyai kemungkinan sempit. Namun bagi para penulis di media cetak, khusunya para guru dan pemerhati pendidikan jangan khawatir. Ternyata menulis di media masa cetak seperti halnya koran, majalah dll., banyak yang memperhatikan dan peduli kepada kita. Salah satunya Kementrian Pendidikan Nasional (KEMDIKNAS).

Pengalaman menulis di media Forum Guru harian Pikiran Rakyat (PR)ternyata memberikan kepuasan lain. Tidak hanya puas dipublikasikan dan dapat honor saja, tapi ternyata mendapat sambutan dan perhatian baik dari KEMDIKNAS. KEMDIKNAS melalui Pusat Informasi dan Humanreleation (PIH) telah  menerbitkan kumpulan artikel terpilih yang ada di koran harian, termasuk koran Pikiran Rakyat dalam bentuk buku ber ISBN.

Pada awalnya penulis tidak percaya ketika dihubingi pihak PIH, bahwa tulisan saya akan diterbitkan dalam bentuk buku. Dengan rasa ragu saya memberi ijin untuk karya tulis saya yang berjudul "Memuliakan diri berguru pada sales" di Forum Guru PR diterbitkan oleh KEMDIKNAS. Tambahan informasi dari PIH, bahwa nanti akan dikirimkan buku yang telah diterbitkannya. 

Sekian lama waktu berjalan tanpa ditunggu, akhirnya kiriman buku itu datang. Alhamdulillah, buku dengan judul "NASIONALNYA" PENDIDIKAN KITA Teropong Pendidikan, Antologi artikel 2008-2009 Terbitan 2010 edisi ke IV, telah berjejer diantara koleksi buku di rumah.

Akhirnya saya punya buku yang berisi karya tulis sendiri. Sebagai bentuk kenangan dan apresiasi dari KEMDIKNAS. Pengantarnya di isi sambutan oleh menteri pendidikan Bp. Muh. Nuh. Terimakasih Bp. Muh. Nuh beserta PIH KEMDIKNAS atas segala perhatian dan kerjasamanya.

"Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah." - Pramoedya Ananta Toer 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun