lni pengalaman berkendaraan aku dengan Si Om Tua Katana. Perjalanan Bandung-Majalengka 120 km dengan kelokan dan tanjakannya yang tajam membawa keasyikan tersendiri. Ditambah bunyi 'cicit-cicit cuit' Â dipersendiannya karena ujur tambah meriah. Tapi bukan itu pokok bahasannya...
Perjalanan Bandung-Majalengka sudah dua kali aku tapaki dengan Si Om Katana. Pada parjalanan pertama, hebat! Dia punya nyali untuk mendaki dan bergoyang ria di jalanan yang nyaris seperti dasar sungai air deras berbatu. Ya, waktu itu aku ambil jalan pintas karena jalan biasa putus kena longsoran. Jalan pintas ini memiliki tanjakan tajam dan sempit, sehingga sulit ketika berpapasan dengan kendaraan lain. Namun alhamdulillah perjalanan lancar walaupun butiran buah tasbih tak terhitung bilangannya, sekedar menenangkan diri.... Maklum masih belajar, cuma modal nekad!
Perjalanan ke-dua... Saya menggunakan jalur normal, karena sudah tidak longsor. Ä°ni yang membuat aku setres berat! Di tanjakan yang tak setajam perjalanan pertama Si Om Katana ogah untuk naik. Di gigi satu pun tak mau. Rem tangan tak mau membantu lagi karena sudah aus! Mundur perlahan dengan pandangan gelap karena sudah hampir jam 19.30. Takut? Jelas karena itu tanjakan tajam dengan sisi kiri kanan tebing curam. Anakku menjerit sejadinya juga ibunya ketika ban belakang nginjak batas jalan yang menggunung ditepi jurang. Mobil miring hampir terguling! Alhamdulillah semua selamat dan dapat dikendalikan dengan bantuan batu yang dikirim tuhan untuk menahan beban katana.
Mundur teratur. Setelah sampai dijalanan yang sedikit rata. Si Om aku tenangkan, kelihatan ngos-ngosan! Aku buka kap mesin biar agak adem. Â Saya berpikir keras dan bertanya "apa sih masalahnya Om?"
"Ekhm...!" tiba-tiba ada suara batuk berdehem terdengar dari arah mesin katana. Seperti manusia mesin itu mau menjawab. Wajahku pucat pasi ketakutan....
"Ya.... Ya ya, apa kira-kira masalahnya om? Karena om sudah tua atau ada yang lain?" aku memberanikan diri bertanya kembali mudah-mudahan ada solusi.
"Ya, Om memang sudah tua itu salah satu penyebabnya.... dan penyebab lainnya adalah...."
"Apa itu om?" aku memotong pernyataannya karena penasaran.
"Kamu tuh orangnya nggak sabaran yah? Sedikit sabar kenapa sih?!" Si Om Katana sedikit kedengaran jengkel.