Mohon tunggu...
Wawan
Wawan Mohon Tunggu... Guru - Pendidik Bidang Seni dan Kriya

Belajar dari dan dimana saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anakku, Ingin Jadi Guru Juga!

20 Desember 2014   12:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:53 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Pak...!" sapa putriku sambil duduk tak jauh disisi kanan sopa tempat ku duduk. Kali ini tumben tasnya erat dalam dekapannya.
"Hmm..." jawabku lirih
"Pak... Emh, anu...!"
"Sekarang mau bilang 'ngga mau jadi guru lagi!', terus mau jadi apa?" mataku tetap tertuju pada kursor di lcd mengikuti perintah jemariku...tapi pikiranku menunggu jawaban.
"Bukaaan, bukan itu!"
"Terus apa coba, mau ngeledek bapak karena bapak... guru!"
"Aku tetap bercita-cita kepingin jadi guru. Do'ain ya pak, biar terkabul!" kedua tangannya erat mengepal pergelanganku seperti mengharap.
"Alasannya?!"
"Guru itu ternyata baik dan sangat sabar. Aku menemukan itu di diri bapak! Walaupun sering didoain anak 'nakal' karena mereka males mengerjakan tugas rumah. Dan walaupun gajinya juga pas-pasan, TPG kadang tersendat bapak tetap tegar...Aku bangga punya bapak!"
"Terus... Sekarang sudah yakin tetap ingin jadi guru?"
"Yakin pak! seyakin-yakinnya!" senyumnya lebar, mungkin bahagia menemukan dirinya kembali, "eh, tapi sudah dua hari ini bapak nggak masuk kantor kenapa?"
"Bapak sakit nak! Mungkin lambung bapak kena lagi..."
"Kerjaannya anak 'nakal' itu, hati-hati pak!"
"Eit, tidak baik bicara begitu! Mungkin salah bapak yang kurang bisa mengatur diri dalam memilih makanan."
"Nah, itulah hebatnya guru... tetap sabar. Tetap do'akan aku ya pa...plisss!"
"Minta juga do'a pada ibumu sana!"
"Ngga ah, cukup bapak saja!"
"Kenapa gitu?" aku heran menunggu jawab...
Dia berdiri menuju kamar dengan tas didekapan. Sebelum menutup pintu, wajahnya terselip dibukaan pintu lalu jawabnya, "hanya do'a orang-orang yang teraniaya yang dikabulkan Tuhan pak!"
Nah lho!
"Juga orang-orang baik pilihan Tuhan, pak!" terdengar suaranya samar dibalik dinding kamar dengan pintu terkatup...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun