Karya : Wawan Gunawan
Malam telah tiba saatnya diriku menyapa bulan dimalam hari, sungguh indah bulan itu memberikan senyuman manis untuk malam ini, sunyi dengan suasana tentram syairan lantuanan natural dari suara angin dimalam hari menambahkan Susana sangat romantis untuk ku peluk dengan penuh kata indah didengarkan ditelinga mu saat itu, desiran angin seiringnya menandakan bahwa aku siap menemani malam ini bersamamu.
Sungguh mempesona kecantikanmu saat nemenamiku dikala bulan purnama menghadirkan keindahan cahayanya, Aku yang tak pernah menyangka tiba-tiba saja kamu hadir dengan aneh dimata dan ditemani oleh desaran angin hidup dan desaran cahaya indah dimatamu menambahkan pesona natural .
Aku yang dulu kau disanjung dengan mesra sekarang sudah tak berguna dimatamu serasa aku asing dimatamu, Mengapa ? Apa aku tak layak untuk dapat menikmati indahnya dunia bersamu, apakah aku kurang memperhatikan kesibukan mu saat aku sebagai singgahan pelukan manismu. Aku saat ini hadir untuk dapat menemanimu untuk pertama dan terkahir yang dimatamu aku hanyalah sebuah pelampiasan nyata dimataku untuk dirimu yang terlalu egois.
Terima kasih kau telah mengajarkan diriku bahwa yang setia tidak ada, dimuka bumi ini, maaf aku yang terlalu mencintaimu tanpa harus memikirkan keadaan kamu yang terlalu egois.
Cibinong, 25 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H