Mohon tunggu...
Wawan Darmawan
Wawan Darmawan Mohon Tunggu... Petani - https://www.kompasiana.com/wawan24

Dengan Menulis Engkau Akan Dikenang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jejak Luka di Balik Senyum

6 Agustus 2024   10:28 Diperbarui: 6 Agustus 2024   10:40 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/sushi_musume_jk

Alya selalu menjadi pusat perhatian. Rambutnya yang berkilau, senyumnya yang menawan, dan tawanya yang renyah membuat siapa saja merasa nyaman di dekatnya. Ia adalah gadis populer di sekolah, teman yang baik, dan anak kesayangan orang tua. Namun, di balik topeng keceriaannya, Alya menyimpan luka mendalam yang terus menghantuinya.

Luka itu bermula dari sebuah peristiwa yang mengubah hidupnya selamanya. Saat ia masih kecil, Alya mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa sahabat terbaiknya. Rasa bersalah begitu menyiksa hatinya. Ia menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian itu, merasa bahwa seandainya ia lebih berhati-hati, sahabatnya masih akan ada bersamanya.

Sejak saat itu, Alya berusaha menyembunyikan kesedihannya. Ia belajar untuk tersenyum, untuk tertawa, untuk menjadi gadis ceria yang selalu diharapkan orang lain. Namun, di dalam hatinya, ia merasa kosong dan hampa. Setiap malam, ketika semua orang telah terlelap, Alya akan menangis sendirian, meratapi kehilangan sahabatnya.

Suatu hari, Alya bertemu dengan seorang pemuda bernama Arga. Arga adalah seorang seniman yang memiliki jiwa yang lembut. Ia mampu melihat jauh ke dalam hati Alya dan merasakan luka yang disembunyikannya. Arga dengan sabar mendengarkan cerita Alya, memberikan dukungan dan semangat.

"Tidak ada yang salah dengan merasa sedih, Alya," kata Arga lembut. "Merasa kehilangan adalah hal yang wajar. Yang penting adalah kamu tidak menyerah dan terus berusaha untuk bangkit."

Kata-kata Arga membuat Alya merasa lega. Untuk pertama kalinya, ia merasa dipahami dan tidak sendirian. Dengan bantuan Arga, Alya mulai belajar untuk menerima masa lalunya dan memaafkan dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa ia tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi ia bisa memilih untuk terus hidup dan menemukan kebahagiaan.

Alya mulai menyalurkan kesedihannya melalui seni lukis. Kuasnya menggoreskan emosi yang selama ini terpendam di dalam hatinya. Lukisan-lukisannya yang penuh makna tidak hanya menjadi bentuk ekspresi dirinya, tetapi juga menginspirasi banyak orang.

Perlahan tapi pasti, luka di hati Alya mulai sembuh. Senyumnya yang dulu terasa dipaksakan kini menjadi lebih tulus. Ia belajar untuk menghargai setiap momen dalam hidupnya dan bersyukur atas semua yang telah ia miliki. Alya menyadari bahwa kebahagiaan itu tidak selalu datang dengan mudah, tetapi dengan usaha dan kemauan yang kuat, kita bisa menemukannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun