Mohon tunggu...
Wawan Darmawan
Wawan Darmawan Mohon Tunggu... Petani - https://www.kompasiana.com/wawan24

Dengan Menulis Engkau Akan Dikenang

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bayangan di Cermin Retak

5 Agustus 2024   22:43 Diperbarui: 6 Agustus 2024   16:42 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alya menatap dalam-dalam cermin kamarnya yang retak. Garis-garis retakan menyebar seperti akar pohon tua, membelah wajahnya menjadi pecahan-pecahan yang tidak utuh. Ia selalu merasa ada yang janggal dengan bayangannya di cermin itu.

Sejak kecil, Alya memiliki firasat aneh. Kadang-kadang, ia melihat bayangannya bergerak sendiri, tersenyum dengan senyum yang tidak pernah ia buat, atau bahkan berbisik kata-kata yang membuat bulu tengkuknya merinding. Terutama ketika bulan purnama, bayangannya tampak lebih hidup dan nyata, seolah-olah itu adalah sosok lain yang terjebak di balik kaca.

Malam ini, bulan purnama bersinar terang menerangi kamar Alya. Ia kembali berdiri di depan cermin, jantungnya berdebar kencang. Bayangannya tersenyum miring, matanya berkilau aneh. Alya mencoba menyentuh bayangannya, namun tangannya hanya menembus permukaan kaca.

"Siapa kamu?" bisik Alya, suaranya gemetar.
Bayangan itu tidak menjawab, hanya terus tersenyum. Lalu, perlahan-lahan, bayangan itu mulai berubah bentuk. Wajahnya menjadi lebih pucat, matanya semakin dalam, dan rambutnya memanjang hingga menyentuh lantai. Alya mundur selangkah, ketakutan.

Alya tertegun dari bahwa selama ini ia selalu berusaha menyembunyikan sisi gelap dirinya. Ketakutan, kecemasan, dan kemarahan yang ia pendam dalam hati perlahan-lahan membentuk sosok bayangan yang menyeramkan di cermin.

"Aku tidak mau menjadi seperti kamu," ucap Alya dengan tegas.

Bayangan itu tertawa terbahak-bahak. "Tidak semudah itu, Alya. Kita adalah satu."

Alya memejamkan mata, berusaha mengabaikan bayangan itu. Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu membuka matanya kembali. Bayangan itu masih ada di sana, namun kali ini Alya tidak merasa takut lagi. Ia menatap dalam-dalam ke mata bayangannya, lalu berkata dengan lembut, "Aku menerima semua bagian dari diriku, termasuk kegelapannya."

Seketika, bayangan itu mulai memudar. Garis-garis retakan pada cermin semakin lebar, lalu pecah berkeping-keping. Ketika Alya membuka mata, cermin di hadapannya sudah hancur berkeping-keping.

Alya tersenyum lega beban berat telah terlepas dari pundaknya. Ia menyadari bahwa ketakutan terbesarnya selama ini adalah dirinya sendiri. Dengan menerima semua bagian dari dirinya, ia akhirnya bisa menemukan kedamaian batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun