Mohon tunggu...
Wawan Darmawan
Wawan Darmawan Mohon Tunggu... Petani - https://www.kompasiana.com/wawan24

Dengan Menulis Engkau Akan Dikenang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Cinta untuk Masa Depan

5 Agustus 2024   20:58 Diperbarui: 5 Agustus 2024   22:45 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sudut kamarnya yang remang, Anya membuka buku harian lusuh. Halaman-halamannya penuh coretan tinta berwarna-warni, menyimpan rahasia dan mimpi seorang gadis remaja. Dengan pena di tangan, ia mulai menulis surat untuk dirinya sendiri di masa depan.

"Hai, Anya di masa depan," tulisnya, "Aku berharap kamu baik-baik saja. Apa yang kamu lakukan sekarang? Apakah kamu sudah menjadi dokter seperti yang selalu kamu impikan? Atau mungkin kamu menemukan jalan lain yang lebih membahagiakan?"

Anya tersenyum pahit. Dulu, cita-citanya begitu jelas. Menjadi dokter adalah segalanya baginya. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak hal berubah. Kegagalan dalam ujian masuk universitas, tekanan dari orang tua, dan ketidakpastian masa depan membuatnya merasa terombang-ambing.

"Aku masih ingat saat kita kecil, sering bermain dokter-dokteran. Kita bermimpi bisa menyembuhkan semua penyakit di dunia. Tapi sekarang, aku merasa begitu kecil dan tidak berarti," lanjutnya.

Anya mengingat masa kecilnya yang penuh keceriaan. Ia dan teman-temannya sering bermain di halaman belakang rumah, berimajinasi tentang masa depan yang cerah. Namun, kenyataan hidup seringkali tak seindah mimpi.

"Aku takut, Anya. Takut gagal, takut mengecewakan orang-orang yang menyayangiku. Tapi aku juga ingin sekali bangga padamu," tulisnya lagi.

Anya tahu bahwa ketakutan adalah hal yang wajar. Namun, ia tidak ingin terus-menerus terjebak dalam rasa takut. Ia ingin keluar dari zona nyamannya dan mencoba hal-hal baru.

"Apapun yang terjadi, aku ingin kamu bahagia, Anya. Jangan pernah menyerah pada mimpimu. Teruslah belajar dan berkembang. Dan yang terpenting, jangan lupa untuk menikmati setiap momen dalam hidupmu," tulisnya di akhir surat.

Setelah selesai menulis, Anya menatap suratnya dengan penuh harap. Ia melipat surat itu dengan hati-hati, lalu menyimpannya di dalam buku hariannya. Mungkin suatu saat nanti, ia akan membacanya kembali dan tersenyum mengingat perjuangannya di masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun