Beberapa waktu belakangan ini, penulis mendapatkan banyak masukan, postingan ataupun curhatan beberapa rekan pendidik di beberapa kesempatan dan berbagai platform media sosial terkait tingkat minat baca anak terutama pada pendidikan dasar.Â
Saat ini tantangan semakin besar menghadapi dinamika teknologi yang berkembang pesat sehingga mempengaruhi perkembangan anak, dalam hal ini minat baca anak dan seberapa besar upaya kita dalam menjaga anak mau membaca.
Kognisi anak dalam membaca adalah topik yang semakin menarik perhatian dalam konteks realitas sosial saat ini. Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan lanskap informasi, cara anak-anak berinteraksi dengan teks dan memperoleh pengetahuan mengalami transformasi yang signifikan.Â
Membaca sebagai salah satu aktivitas fital dalam internalisasi ilmu, baik dalam pembelajaran, transfer informasi, pengetahuan, komunikasi dan berbagai bidang lainnya.Â
Keterampilan membaca ini harus ditindaklanjuti dengan pemahaman atas isi bacaan tersebut. Bahwa tujuan membaca untuk memahami atau mengerti ide atau pesan yang disampaikan penulis bacaannya secara akurat.
Kognitif membaca lebih menekankan pada pendekatan decoding (penguraian) dan pemahaman kata, penyusunan makna, pengembangan strategi pembaca ahli.Â
Qurais Shihab dalam menjelaskan QS. 29:43 memberikan makna dengan akal pikirannya, manusia diperintahkan untuk mengambil pelajaran dari sarang laba-laba.Â
Barret membagi kedalam 5 tingkatan pemahaman membaca, literal, reorganisasi, keputusan, evaluasi dan apresiasi, sedangkan Flood dan Salus lebih mengklasifikasikan kognisi berdasar taksonomi Bloom bahwa taksonomi Bloom lebih ideal dengan hierarki belajar, proses belajar adalah pemahaman itu sendiri.
Memhami bacaan memiliki sifat berjenjang, keberlanjutan, dimana semakin tinggi tingkat pemahaman maka semakin tinggi pula kognisi yang diperlukan, sebagai hasil proses belajar yang dipengaruhi karakteristik pembaca, bacaan serta faktor lingkungan.
Realitas Sosial
Realitas Masalah Minat Baca Anak